Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

104 Jam Terjebak, Seorang Wanita Berhasil Diselamatkan dari Reruntuhan Puing Akibat Gempa Turki

Tim penyelamat berhasil mengeluarkan seorang wanita dalam keadaan hidup dari puing-puing bangunan yang runtuh di Turki pada Jumat (10/2/2023).

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in 104 Jam Terjebak, Seorang Wanita Berhasil Diselamatkan dari Reruntuhan Puing Akibat Gempa Turki
AFP/ADEM ALTAN
Tim penyelamat dan warga sipil mencari korban selamat di bawah puing-puing bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, dekat pusat gempa, sehari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda tenggara negara itu, pada 7 Februari 2023. - Tim penyelamat di Turki dan Suriah menghadapi cuaca dingin, gempa susulan dan bangunan yang runtuh, saat mereka menggali korban selamat yang terkubur oleh gempa bumi yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. Beberapa kehancuran terparah terjadi di dekat pusat gempa antara Kahramanmaras dan Gaziantep, sebuah kota berpenduduk dua juta jiwa di mana seluruh blok sekarang menjadi reruntuhan di bawah salju yang menumpuk. (Photo by Adem ALTAN / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, KIRIKHAN - Tim penyelamat berhasil mengeluarkan seorang wanita dalam keadaan hidup dari puing-puing bangunan yang runtuh di Turki pada Jumat (10/2/2023).

Wanita tersebut berhasil diselamatkan setelah 104 jam terkubur oleh reruntuhan bangunan akibat gempa besar yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023).

"Sekarang saya percaya pada keajaiban," kata pemimpin tim penyelamat, Steven Bayer, seperti yang dikutip dari Reuters.

Para kru kemudian mengangkat wanita tersebut, yang bernama Zeynep Kahraman dan berusia 40 tahun, dengan tandu melewati balok beton yang hancur di kota Kirikhan, Turki.

Baca juga: Terbang ke Istanbul, ASFA Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Turki dan Suriah

"Anda dapat melihat orang-orang menangis dan saling berpelukan. Sungguh melegakan bahwa wanita ini dalam kondisi seperti itu keluar dengan sangat bugar. Ini benar-benar keajaiban," katanya.

Kahraman berbaring diam, tubuhnya diikat ke tandu dengan tangan di dada, matanya terlindung dari cahaya karena kacamata hitam yang dia kenakan.

Berita Rekomendasi

Adik perempuannya, Zuebeyde, memandangnya dan terlihat memeluk seorang pekerja dari tim Pencarian dan Penyelamatan Internasional Jerman (ISAR).

"Wanita itu berhasil melewatinya. Dia tidak menyerah," kata salah satu kru penyelamat, Tamara Reither, saat kerumunan orang bertepuk tangan menyambut evakuasi Kahraman.

"Kami semua sangat bersyukur dia terbaring di ambulans ini sekarang. Saya tidak punya kata-kata," tambahnya.

Keluarga Kahraman mengatakan mereka telah menunggu dua hari sampai tim penyelamat tiba setelah gempa bumi mengguncang pada Senin pagi.

Baca juga: Update Gempa Turki dan Suriah: Lebih dari 22.000 Orang Tewas selama 5 Hari Evakuasi

Pekerja Jerman melakukan kontak dengan Zeynep Kahraman saat dia masih berada jauh di dalam puing-puing dan menjaganya tetap terhidrasi melalui selang. Pada satu titik, mereka membantu Zuebeyde menuruni tangga di dekat posisi kakaknya untuk berbicara dengan Kahraman.

Jumlah Korban Tewas Mencapai 22.000 Jiwa

Korban tewas yang dikonfirmasi akibat gempa paling mematikan di Turki dan Suriah dalam dua dekade terakhir mencapai 22.000 jiwa.

Ratusan ribu orang lainnya kehilangan tempat tinggal dan kekurangan makanan di tengah kondisi musim dingin yang suram. Para pemimpin di kedua negara juga menghadapi pertanyaan mengenai tanggapan mereka terhadap bencana tersebut.

Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan melakukan perjalanan pertamanya ke daerah yang terkena dampak bencana sejak gempa melanda, mengunjungi sebuah rumah sakit di Aleppo, lapor media pemerintah.

Tetapi Program Pangan Dunia mengatakan kurangnya persediaan bahan pangan di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak karena keadaan perang di sana mempersulit upaya pengiriman bantuan.

Sedangkan Presiden Turki Tayyip Erdogan hari ini mengunjungi provinsi Adiyaman, di mana dia mengakui tanggapan pemerintah tidak secepat yang seharusnya.

"Meskipun kami memiliki tim pencarian dan penyelamatan terbesar di dunia saat ini, kenyataannya upaya pencarian tidak secepat yang kami inginkan," katanya.

Dia juga mengatakan penjarahan toko telah terjadi di beberapa daerah.

Tim penyelamat, termasuk tim dari puluhan negara, bekerja keras siang dan malam dalam suhu yang sangat dingin untuk menemukan korban selamat yang terkubur di reruntuhan bangunan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas