NATO Ragukan Inggris Bisa Gantikan Jerman, Pimpin Pasukan Reaksi Cepat dan Hadapi Rusia
NATO meragukan Militer Inggris untuk memimpin Pasukan Reaksi Cepat NATO, menggantikan Jerman dan menghadapi Rusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin militer NATO meragukan kemampuan angkatan bersenjata Inggris untuk mengambil alih kepemimpinan Pasukan Reaksi Cepat NATO (VJTF) pada tahun 2023 ini.
Hal ini karena habisnya sumber daya militer Inggris setelah memberi bantuan ke Ukraina.
Inggris akan mewarisi kepemimpinan Pasukan Reaksi Cepat NATO dari Jerman pada akhir 2023.
Namun, NATO telah meminta Jerman untuk tetap memimpin pasukan NATO selama satu tahun lagi karena Inggris tidak dapat menyediakan 5.000 tentara yang dibutuhkan.
Media Inggris menyebut ada masalah serius karena kekurangan amunisi dan perlengkapan militer, yang telah dipasok ke Ukraina, dikutip dari Sputnik.
Baca juga: Rusia Desak NATO Adakan Pertemuan Darurat Terkait Ledakan Pipa Nord Stream
Pasukan Inggris juga diregangkan untuk melatih pasukan Ukraina.
Inggris sekarang berada dalam posisi paling rentan sejak Perang Dunia Kedua, karena tentara Inggris adalah yang terkecil dalam empat abad.
Sementara itu, angkatan laut Inggris kurang dari setengahnya selama Perang Falklands pada tahun 1982.
Kepala Komite Pemilihan Pertahanan parlemen Inggris, Tobias Ellwood mengatakan tentara Inggris berada dalam keadaan yang mengerikan, meski telah berinvestasi multi-miliar dola selama dua dekade.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-355: Wagner Rebut Desa Krasna Hora, Iran Selundupkan Drone
Bantuan Inggris ke Ukraina
Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace juga menegaskan tentara Inggris telah tertinggal di belakang kelompok sejawatnya dan membutuhkan investasi.
Terlepas dari kenyataan ini, Ellwood menyatakan Inggris, yang sudah terlibat dalam konflik Ukraina, perlu menghadapi Rusia secara langsung daripada meninggalkan Ukraina untuk melakukan semua pekerjaan.
Inggris adalah salah satu negara Barat yang secara aktif memasok Ukraina dengan berbagai jenis sistem senjata.
Selain itu, Inggris juga melatih personel militer Ukraina di tengah operasi militer khusus Rusia.