Joe Biden Sebut Pasukan Rusia Berantakan setelah Setahun Perang di Ukraina
Dalam pidatonya di Polandia, Joe Biden menyebut pasukan Rusia berantakan setelah satu tahun perang di Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyebut pasukan Rusia berantakan setelah satu tahun perang di Ukraina.
Namun, Joe Biden juga memperingatkan 'hari-hari yang sangat pahit' akan selalu datang ke depannya dalam mempertahankan demokrasi di Eropa timur.
Pidato itu ia sampaikan untuk memperingati tahun pertama invasi Rusia di Ukraina.
Joe Biden bepidato di hadapan sekitar 30.000 orang, kebanyakan orang Polandia dan Ukraina, di luar Istana Kerajaan Warsawa pada Selasa (21/2/2023) malam.
Biden berbicara setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya sendiri.
Putin menyalahkan Barat atas perang tersebut.
Baca juga: Cerita di Balik Kunjungan Rahasia Biden ke Kyiv, Ponsel Jurnalis Ditahan, Disumpah Tidak Bocorkan
Ia juga mengumumkan penarikan partisipasi Rusia dalam perjanjian New Start 2010, perjanjian kontrol senjata nuklir terakhir antara AS dan Rusia.
Biden tidak menanggapi pengumuman tersebut atau menyinggung pidato Putin dalam pidatonya sendiri.
Gedung Putih bersikukuh bahwa pemimpin Putin telah mengubah tanggal pidatonya agar bertepatan dengan perjalanan Biden ke Ukraina dan Polandia.
Namun, Presiden AS memang mengolok-olok Putin atas kegagalan ambisinya menaklukkan Ukraina dalam beberapa hari.
“Alih-alih mendapatkan kemenangan mudah yang dia prediksi, Putin membiarkan tank-tank yang terbakar habis dan pasukan Rusia berantakan,” kata Biden.
"Itu adalah pertempuran untuk dimenangkan Ukraina, berkat keberanian Ukraina dan solidaritas Barat."
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Temui Presiden Ukraina Zelensky
Tetapi, Biden menjelaskan bahwa perjuangan belum berakhir.
“Akan terus ada hari-hari yang sulit dan sangat pahit, kemenangan dan tragedi,” katanya.
“Tapi, Ukraina bersiap untuk pertarungan di depan dan Amerika Serikat, bersama dengan sekutu dan mitra kami, akan terus mendukung Ukraina saat mempertahankan dirinya sendiri.”
Dalam pidatonya sendiri, Putin menggambarkan bagaimana Rusia berada di bawah ancaman musuh-musuhnya, membenarkan perang di Ukraina, dan merujuk pada senjata nuklir Rusia sebagai pencegah yang nyata terhadap dukungan serangan barat untuk Kyiv.
“Mereka ingin menimbulkan kekalahan strategis pada kita dan mengklaim fasilitas nuklir kita,” kata Putin, tanpa merinci fasilitas apa yang dia yakini terancam.
Baca juga: Dikhianati AS dan Sekutunya, Vladimir Putin Keluar dari Perjanjian Nuklir New START
Karena itu, Putin mengumumkan penangguhan partisipasi Rusia dalam perjanjian New Start.
Belum diketahui apa arti penangguhan seperti itu.
Tetapi, tampaknya Rusia tidak akan lagi mematuhi batasan perjanjian tentang senjata nuklir, terutama soal batas atas 1.550 hulu ledak strategis yang dikerahkan masing-masing pihak.
Sebelumnya, Rusia telah menghentikan inspeksi senjata timbal balik dan partisipasi dalam komisi konsultatif bilateral yang dibentuk untuk mengatur implementasi perjanjian tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)