Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kapal yang Angkut Migran di Italia Selatan Karam, 58 Orang Termasuk Anak-anak Dilaporkan Tewas

Setidaknya 58 orang termasuk anak-anak tewas ketika sebuah perahu kayu yang membawa para migran menabrak karang di pantai selatan Italia

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kapal yang Angkut Migran di Italia Selatan Karam, 58 Orang Termasuk Anak-anak Dilaporkan Tewas
AFP/SAMEER AL-DOUMY
ILustrasi Seorang migran membawa seorang anak saat ia berlari untuk menaiki perahu penyelundup di Eropa 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Setidaknya 58 orang termasuk anak-anak tewas ketika sebuah perahu kayu yang membawa para migran menabrak karang di pantai selatan Italia pada Minggu (26/2/2023) pagi.

Melansir dari Reuters, kapal tersebut berlayar dari Turki beberapa hari yang lalu dengan membawa para migran dari Afghanistan, Iran dan beberapa negara lainnya.

Kapal tersebut dihantam badai di dekat Staccato di Cutro, sebuah resor pantai di pantai timur Calabria.

Baca juga: Profil Alphonso Davies, Imigran yang Jadi Tulang Punggung Timnas Kanada di Piala Dunia 2022

Seorang pejabat pemerintah setempat, Manuela Curra, mengungkapkan korban tewas sementara berjumlah 58 orang.

Sementara 21 orang selamat, dengan 20 orang lainnya di rawat di rumah sakit termasuk satu orang dalam perawatan intensif, tambah Curra.

Seorang penyintas ditangkap atas tuduhan perdagangan migran, kata kepolisian bea cukai Guardia di Finanza.

Berita Rekomendasi

Walikota Cutro, Antonio Ceraso, mengatakan terdapat wanita dan anak-anak di antara korban yang tewas. Jumlah pasti berapa banyak anak yang meninggal belum tersedia.

Suaranya pecah, kata Ceraso, sembari mengatakan dia telah melihat "tontonan yang tidak ingin Anda lihat dalam hidup Anda, pemandangan yang mengerikan, yang tetap bersama Anda sepanjang hidup Anda".

Puing-puing dari gulet kayu, kapal layar Turki, berserakan di hamparan pantai yang luas.

Curra mengatakan kapal itu meninggalkan Izmir di Turki timur tiga atau empat hari lalu. Dia menambahkan, para penyintas mengatakan sekitar 140 hingga 150 orang berada di dalam kapal itu.

Para penyintas sebagian besar berasal dari Afghanistan, serta beberapa dari Pakistan dan beberapa dari Somalia, katanya seraya menambahkan bahwa mengidentifikasi kewarganegaraan korban tewas jauh lebih sulit.

"Banyak dari migran ini berasal dari Afghanistan dan Iran, melarikan diri dari kondisi yang sangat sulit", kata Presiden Italia Sergio Mattarella.

Baca juga: Soal 51 Imigran Tewas dalam Truk Trailer di Texas, Sopir Mengaku Tak Tahu AC Mati

Laporan awal dari ANSA dan kantor berita Italia lainnya menyebut 27 mayat terdampar di pantai dan lebih banyak yang ditemukan mengapung di air.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyatakan "kesedihan yang mendalam" atas kematian tersebut. Meloni menyalahkan pedagang manusia dan dia berjanji untuk menutup jalur keberangkatan laut migran untuk mencegah insiden seperti itu terulang.

Meloni menuduh badan amal mendorong para migran untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya ke Italia. Badan amal menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan para migran memutuskan tetap berangkat terlepas apakah ada kapal penyelamat atau tidak.

"Menghentikan, memblokir, dan menghalangi pekerjaan LSM (organisasi non-pemerintah) hanya akan memiliki satu efek: kematian orang-orang rentan yang dibiarkan tanpa bantuan," cuit badan penyelamat migran Spanyol Open Arms sebagai reaksi atas kapal karam di Italia.

Baca juga: Imigran yang Tewas di Dalam Truk Trailer di Texas Jadi 51 Orang, 16 Orang Masih Berjuang Hidup

Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Piantedosi mengatakan penting untuk menghentikan penyeberangan laut yang menurutnya menawarkan para migran "fatamorgana ilusi kehidupan yang lebih baik" di Eropa, memperkaya pedagang manusia dan menyebabkan tragedi semacam itu terjadi kembali.

Italia adalah salah satu titik pendaratan utama bagi para migran yang mencoba memasuki Eropa melalui laut, dengan banyak yang ingin melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa utara yang lebih kaya.

Sementara rute Mediterania tengah dikenal sebagai salah satu jalur yang paling berbahaya di dunia.

Proyek PBB "Missing Migrants Project" telah mencatat lebih dari 17.000 kematian dan orang hilang di Mediterania tengah sejak 2014. Lebih dari 220 telah meninggal atau hilang pada tahun ini, menurut perkiraan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas