Presiden Volodymyr Zelensky Pecat Komandan Tinggi Ukraina Tanpa Ungkap Alasan
Eduard Moskalyov telah menjabat sebagai komandan pasukan gabungan Ukraina tetapi kini telah dibebaskan dari tugasnya, menurut situs presiden.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Volodymyr Zelensky telah memecat salah satu komandan militer top Ukraina, tanpa mengatakan alasannya.
Zelensky mengumumkan langkah pemecatan Eduard Moskalyov dalam keputusan satu baris di situs web Presiden Ukraina.
Dilansir Sky News, Moskalyov bertugas sebagai pemimpin pasukan gabungan Ukraina.
Ia terlibat dalam pertempuran sengit di wilayah Donbas di timur.
Moskalyov menjabat sejak Maret 2022, tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Langkah itu dilakukan ketika tentara Ukraina di Bakhmut terus menghadapi serangan tanpa henti dari pasukan Rusia.
Baca juga: Setahun Invasi Rusia, Sumbangan Kripto ke Ukraina Mencapai 70 Juta Dolar AS
Jauh dari garis depan, sirene serangan udara meraung di ibu kota Kyiv dan kota-kota lain dalam semalam.
Serangan rudal Rusia juga menewaskan satu orang di kota Khmelnytskyi di barat.
Di Ukraina yang diduduki, lebih dari belasan ledakan yang tidak dapat dijelaskan terjadi di sekitar kota Mariupol, menurut intelijen Inggris.
Kementerian Pertahanan mengatakan lokasi ledakan di antaranya dua depot bahan bakar dan pabrik baja yang digunakan Rusia sebagai pangkalan militer.
"Rusia kemungkinan akan khawatir bahwa ledakan yang tidak dapat dijelaskan terjadi di zona yang mungkin sebelumnya dinilai berada di luar jangkauan kemampuan serangan Ukraina," kata kementerian tersebut.
Baca juga: Presiden Zelensky Ingatkan Orang AS yang Tak Dukung Ukraina: AS Bisa Kehilangan Banyak Hal
Sementara itu, AS dan sekutu NATO-nya berjuang untuk menghalangi China memberikan bantuan militer untuk perang Moskow.
AS membuat komentar publik atas keyakinan mereka bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk menyediakan peralatan mematikan yang mungkin termasuk drone.
Ketakutan Barat terhadap China membantu mempersenjatai Rusia muncul saat pasukan Moskow berjuang mendapatkan keuntungan di sekitar Ukraina timur, dan saat Kyiv mempersiapkan serangan balasan dengan senjata canggih Barat, termasuk tank tempur.