China Bereaksi Keras Terkait Rencana Australia Membeli Kapal Selam Nuklir dari Amerika Serikat
Sejak aliansi AUKUS dibentuk pada 2021, China telah berulang kali mengkritik 3 negara itu karena melanggar batas proliferasi nuklir
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Rencana Australia untuk membeli hingga lima kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS) telah memicu teguran keras dari China.
Pejabat China menuduh AS dan Inggris mengabaikan kewajiban mereka sebagai kekuatan nuklir dan anggota Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).
"Rencana kerja sama kapal selam nuklir adalah tindakan terang-terangan yang menimbulkan risiko proliferasi nuklir yang serius, merusak sistem non-proliferasi internasional, memicu perlombaan senjata, dan merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," kata misi China untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam serangkaian cuitan di Twitter pada Selasa pagi.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (15/3/2023), Berbicara di Naval Base Point Loma di San Diego pada Senin lalu, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak dan PM Australia Anthony Albanese mengumumkan rencana untuk kapal selam kelas baru, SSN-AUKUS.yang akan dibangun di Inggris dan Australia dengan teknologi dan dukungan AS pada akhir 2030-an atau awal 2040-an.
Baca juga: Dua Bank Amerika Serikat Kolaps, Joe Biden Turun Tangan Atasi Krisis Perbankan
Namun, Australia pertama-tama akan membeli setidaknya tiga kapal selam kelas Virginia dari AS.
Sejak aliansi AUKUS dibentuk pada 2021, China telah berulang kali mengkritik 3 negara itu karena melanggar batas proliferasi nuklir.
Kapal selam buatan AS berbahan bakar uranium dan sangat diperkaya tingkat senjata.
"Ironi dari AUKUS adalah bahwa dua negara senjata nuklir (AS dan Inggris) yang mengklaim menegakkan standar non-proliferasi nuklir tertinggi mentransfer berton-ton uranium yang diperkaya tingkat senjata ke negara non-senjata nuklir (seperti Australia), ini jelas melanggar objek dan tujuan NPT," tegas Misi diplomatik China pada Selasa kemarin.
China menyebut rencana transfer teknologi dan material nuklir sebagai 'buku teks standar ganda' dan mendesak 3 negara itu untuk 'menghormati kewajiban mereka sebagai anggota NPT'.