20 Tahun Invasi AS di Irak, Penggulingan Saddam Hussein yang Berlanjut Munculnya ISIS
20 tahun invasi AS di Irak, yang diawali dengan penggulingan Presiden Irak Saddam Hussein yang berlanjut untuk melawan ISIS demi kepentingan AS.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, tepat 20 tahun lalu pada 20 Maret 2003, Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi militer ke Irak.
AS berjanji akan mengakhiri kepemimpinan Presiden Saddam Hussein dan menghancurkan senjata pemusnah massal (WMD) di Irak.
Invasi ini dimulai pada 19 Maret 2003 malam, seperti yang diumumkan oleh Presiden AS saat itu, George W Bush dalam pidatonya di TV.
“Pada jam ini, pasukan Amerika dan koalisi sedang dalam tahap awal operasi militer untuk melucuti senjata Irak, untuk membebaskan rakyatnya dan untuk mempertahankan dunia dari bahaya besar,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.
Pasukan AS berhasil menangkap Saddam Hussein, yang kemudian diadili dan digantung.
Baca juga: George W Bush Cerca Rusia, Terpeleset Sebut Invasi ke Irak Ilegal
Namun, AS yang sebagian besar didukung oleh Inggris, hingga saat ini tidak pernah menemukan senjata pemusnah massal.
Pada 9 April 2023, pasukan AS merebut Bagdad dan menjatuhkan patung Saddam Hussein bersama warga sipil Irak.
Pada tanggal 1 Mei 2003, Presiden George W Bush menyatakan misi selesai di atas kapal induk USS Abraham Lincoln, dan mengakhiri operasi tempur besar di Irak.
Namun, kekacauan yang ditimbulkan AS telah terlanjur menyebar di seluruh negeri.
Beberapa tahun kemudian, ISIS muncul di Irak.
Baca juga: George W Bush: Zelenskyy Seperti Winston Churchill Masa Kini
Tak Ada Senjata Pemusnah Massal di Irak
Saddam Hussein ditangkap di persembunyiannya di Tikrit pada akhir 2003.
Ia dieksekusi pada 30 Desember 2006, yang sengaja dipilih dan bertepatan dengan hari raya Idul Adha, yang menjadi kontroversi.
Tak lama kemudian, Presiden George W Bush mengakui argumen soal senjata pemusnah massal di Irak tidak berdasar.
Invasi AS di Irak telah menewaskan lebih dari 200.000 ribu warga sipil Irak dan 4.500 tentara AS.
Selain itu, invasi itu menimbulkan ketidakstabilan di Irak serta membawa pengaruh besar dalam hubungan Irak dan AS.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden: Misi Tempur AS di Irak Selesai Akhir Tahun Ini
Faktor AS Menginvasi Irak
Ada banyak faktor yang mempengaruhi invasi AS di Irak.
Sebelumnya, Saddam Hussein pernah melancarkan invasi ke Kuwait pada tahun 1990.
Presiden AS saat itu, George HW Bush (ayah Presiden George W Bush) menyatakan niatnya untuk memaksakan demokrasi liberal di Irak.
Invasi ini juga berkaitan dengan serangan 9/11 pada tahun 2001 dan motif menanamkan ideologis demokrasi liberal di Irak.
Selain itu, invasi ini juga berkaitan erat dengan orang-orang Irak yang dibuang di negara Barat.
Kebencian dan perebutan kekuasaan antara Syiah dan Sunni memicu perang saudara di Irak, yang pada akhirnya mengarah pada penarikan total Amerika pada Desember 2011.
Tentara AS Masih Ada di Irak
Kurang lebih 2.500 tentara AS masih berada di Irak.
Jenderal tertinggi AS di Irak mengatakan kepada CBS News, peran utama mereka sekarang adalah memastikan ISIS tidak dapat berkumpul kembali untuk melancarkan serangan baru.
Sebagian besar pasukan AS berada di instalasi militer di Baghdad dan di utara.
Meski demikian, alasan utamanya adalah Iran.
Pengaruh politik Iran dan kekuatan milisi di Irak telah menjadi masalah keamanan yang berulang bagi AS selama bertahun-tahun.
Kehadiran pasukan Amerika di Irak mempersulit Iran untuk memindahkan senjata melintasi Irak dan Suriah ke Lebanon, untuk digunakan oleh proksinya, termasuk Hizbullah Lebanon, melawan Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Amerika Serikat
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.