Presiden UEA Tunjuk Putra Sulungnya Sebagai Putra Mahkota
Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan menunjuk putra sulungnya Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed sebagai putra mahkota
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ABU DHABI - Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan menunjuk putra sulungnya Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed sebagai putra mahkota pada Rabu kemarin.
Penunjukan ini menempatkan Khaled sebagai penerus berikutnya untuk mengambil alih posisi sebagai pemimpin federasi.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (30/3/2023), dikenal dengan inisial MBZ, Sheikh Mohamed yang juga penguasa Abu Dhabi itu juga menunjuk saudaranya Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan sebagai Wakil Presiden UEA bersama penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Perlu diketahui, Sheikh Mansour yang berusia 52 tahun merupakan pemilik klub sepak bola Manchester City.
Sedangkan Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan, yang merupakan Penasihat Keamanan Nasional UEA dan Ketua Dana Kekayaan Negara ADQ, ditunjuk sebagai Wakil Penguasa Abu Dhabi bersama dengan Hazza bin Zayed, saudara laki-laki lainnya.
Sheikh Khaled sebelumnya ditunjuk sebagai Ketua Badan Intelijen negara itu pada 2016.
MBZ merupakan penguasa Abu Dhabi dan Presiden UEA, yang mengelompokkan penguasa tujuh emirat federasi UEA pada Mei 2022 setelah kematian saudara tirinya, Sheikh Khalifa bin Zayed yang pernah memerintah Abu Dhabi.
UEA adalah sekutu dekat Amerika Serikat (AS) dan paling dikenal sebagai 'rumahnya Dubai', pusat internasional utama untuk bisnis dan perjalanan.
Selama pemerintahan Sheikh Mohamed, UEA memupuk hubungan dekat dengan negara tetangga Arab Saudi.
Hubungan ini berawal dari perang melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran sebelum keluar dari konflik bertahun-tahun kemudian.
Baca juga: Negara Barat Tekan UEA untuk Hentikan Perdagangan Dengan Rusia
UEA telah berusaha memproyeksikan kekuatan militer di seluruh wilayah.
Pada 2020, UEA menormalisasi hubungan dengan Israel dalam perjanjian pertama yang disebut Abraham Accords, diikuti oleh Bahrain, Maroko dan Sudan.