Populer Internasional: Putin Kunjungi Wilayah Ukraina yang Direbut Rusia - Taiwan Beli Rudal dari AS
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya kunjungan mendadak Presiden Vladimir Putin ke wilayah Ukraina yang direbut Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Presiden Vladimir Putin mendadak kunjungi Kherson, wilayah Ukraina yang kini diduduki Rusia.
Sementara itu, Taiwan membeli 400 rudal anti-kapal dari AS sebagai bentuk tanggapan atas ancaman invasi dari China.
Di India, seorang pria pulang ke rumahnya 2 tahun setelah dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19.
Selengkapnya, berikut kumpulan berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Presiden Vladimir Putin Mendadak Kunjungi Garis Depan Rusia, Kherson dan Lugansk
Baca juga: Kremlin: Putin Lakukan Kunjungan Mendadak di Timur Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah melakukan kunjungan mendadak ke dua pos komando di wilayah baru Rusia, yang direbut dari Ukraina.
Kantor Pemerintahan Kremlin melaporkan kunjungan ini pada Selasa (18/4/2023).
Presiden Vladimir Putin melakukan perjalanan ke pusat komando kelompok tempur 'Dnieper' yang terletak di daerah Kherson.
Pemimpin Rusia itu akan menerima laporan dari komandan kelompok, Kolonel Jenderal Oleg Makarevich, dan Kolonel Jenderal Mikhail Teplinsky, komandan pasukan lintas udara Rusia.
Presiden Vladimir Putin juga melakukan perjalanan ke Republik Rakyat Lugansk, di mana dia mengunjungi pusat komando Garda Nasional 'Vostok' (Timur).
Putin membahas situasi di daerah itu dengan pejabat tinggi militer, termasuk Kolonel Jenderal Aleksandr Lapin, dikutip dari RT.
Kunjungan mendadak Putin terjadi saat Ukraina bersiap melancarkan serangan balasan yang diperkirakan akan melibatkan tank-tank berat dan kendaraan lapis baja baru yang dipasok Barat.
2. Tanggapi Ancaman Invasi China, Taiwan Beli 400 Rudal Anti-Kapal dari AS
Taiwan akan membeli 400 rudal anti-kapal, 'Harpoon', yang diproduksi oleh Amerika Serikat (AS).
Pembelian rudal ini untuk mengantisipasi invasi dari China ke Taiwan.
Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengumumkan kontrak senilai 1,17 miliar dolar untuk 400 rudal anti-kapal itu pada 7 April 2023.
AS mengatakan produksi rudal itu akan selesai pada Maret 2029.
Media Bloomberg mengatakan, Taiwan adalah pembeli rudal itu.
Pentagon menolak untuk mengomentari berita itu.
Namun, mereka mengatakan akan menyediakan layanan pertahanan untuk Taiwan.
"Amerika Serikat menyediakan artikel dan layanan pertahanan Taiwan yang diperlukan untuk memungkinkannya mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai," kata Pentagon, Senin (17/4/2023).
3. Pria di India Pulang ke Rumah 2 Tahun setelah Dinyatakan Meninggal akibat Covid-19
Seorang pria di India kembali ke rumahnya 2 tahun setelah keluarganya melakukan ritual pemakaman untuknya.
Dilansir NDTV, pria bernama Kamlesh Patidar (35) itu dinyatakan meninggal akibat Covid-19 pada 2021 lalu.
Pada Sabtu (15/4/2023), keluarga dikejutkan dengan kedatangan Kamlesh Patidar.
Ia mengetuk pintu rumah bibi dari pihak ibunya di desa Karodkala, Madhya Pradesh, sekitar jam 6 pagi.
Kamlesh Patidar jatuh sakit saat gelombang Covid-19 dua tahun dan dirawat di sebuah rumah sakit di Vadodara (Gujarat).
Dokter kemudian memberitahu keluarganya bahwa Kamlesh Patidar sudah meninggal.
Rumah sakit kemudian menyerahkan "jasad" Kamlesh Patidar ke keluarganya.
Keluarga kemudian mengadakan ritual pemakaman.
Sepupu Kamlesh Patidar, Mukesh Patidar berkata kepada wartawan pada hari Sabtu:
4. Presiden Brasil: AS Pasok Senjata ke Ukraina untuk Dorong Perang dengan Rusia
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menyatakan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat-nya telah mendorong perang dengan mempersenjatai Ukraina untuk melawan Rusia.
"Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian," kata Lula kepada wartawan, Sabtu (15/4/2023).
"Uni Eropa harus memulai pembicaraan damai, sehingga kami bisa meyakinkan Putin dan Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan semua orang, karena perang selama ini hanya menarik bagi mereka berdua," lanjutnya.
Komentar itu muncul tidak lama setelah Lula da Silva kembali dari China, di mana dia membahas perang Rusia-Ukraina dengan Presiden China, Xi Jinping.
Komentar Lula da Silva ini menuai kritik dari Amerika Serikat, yang menyebut Presiden Brasil itu menyuarakan propaganda Rusia dan China, seperti diberitakan Reuters.
Tanggapan AS dan Sekutunya
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan komentar Lula sebagai hal yang salah arah dan meleset dari sasaran.
Komentar Presiden Lula da Silva menyusul inisiatif pemerintah Brasil, yang mengajukan diri sebagai mediator antara Rusia dan Ukraina.
(Tribunnews.com)