Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sulit Cari Bantuan, Warga Sipil Terjebak di Rumah selama Perang Saudara di Sudan

Jutaan warga sipil terjebak di rumah selama Perang Saudara di Sudan yang telah berlangsung berhari-hari. Kondisi ini menyulitkan pengiriman bantuan.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
zoom-in Sulit Cari Bantuan, Warga Sipil Terjebak di Rumah selama Perang Saudara di Sudan
AFP/-
Orang-orang berlari melewati kendaraan militer di Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan yang dilaporkan terjadi di kota tersebut. - Perang saudara di Sudan ini menyulitkan pengiriman bantuan dan evakuasi warga sipil yang menjadi korban. 

TRIBUNNEWS.COM - Perang saudara di Sudan mengakibatkan jutaan warga sipil terjebak di rumah masing-masing.

Mereka tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena pertempuran yang terjadi di Ibu Kota Sudan, Khartoum.

Situasi ini juga menyulitkan organisasi kemanusiaan dari luar kota itu untuk mencapai mereka.

Farid Aiywar, Kepala delegasi Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional untuk Sudan, mengatakan warga sipil kesulitan mendapat bantuan hingga hari ini.

Kota Khartoum merupakan tempat pertempuran antara militer Sudan dan RSF yang memperebutkan kekuasaan.

“Sebenarnya saat ini hampir tidak mungkin untuk menyediakan layanan kemanusiaan di dalam dan sekitar Khartoum,” kata Farid Aiywar pada Selasa (18/4/2023), seperti diberitakan The Guardian.

Baca juga: Update dari Sudan: 1 WNI Terkena Pantulan Peluru Nyasar, 15 WNI Dievakuasi ke Gedung KBRI

“Ada panggilan dari berbagai organisasi dan orang-orang yang terjebak meminta evakuasi," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Bandara internasional utama dan semua wilayah udara Sudan telah ditutup.

Sehingga bantuan tidak dapat dikirim melalui udara.

Harapan untuk pengiriman bantuan muncul pada Selasa (18/4/2023), ketika komandan RSF, Dagalo, tampaknya menyetujui gencatan senjata 24 jam setelah permintaan dari Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

Antony Blinken menelepon Dagalo dan Burhan secara terpisah untuk mengungkapkan keprihatinan serius tentang kematian warga sipil.

Ia mendesak mereka untuk menyetujui gencatan senjata.

Komandan paramiliter RSF Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Daglo atau Hemedti (kiri) dan Panglima Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan
Komandan paramiliter RSF Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Daglo atau Hemedti (kiri) dan Panglima Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan (ASHRAF SHAZLY / AFP)

Baca juga: Kondisi Sudan Memburuk, WNI Diimbau Tetap Berada di Rumah Demi Keselamatan

Perang Saudara di Sudan

Sedikitnya 185 orang tewas dan lebih dari 1.800 terluka dalam lebih dari empat hari pertempuran.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas