Negara G7 Pertimbangkan Larangan Ekspor Berbagai Produk ke Rusia
Selain memberikan sanksi lebih lanjut kepada Rusia, Matsuno juga mengindikasikan G7 akan terus memberikan dukungan untuk Ukraina.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) sedang mempertimbangkan larangan ekspor berbagai macam produk ke Rusia.
Dilansir dari Reuters, laporan tersebut diungkap oleh kantor berita Kyodo pada Jumat (21/4/2023), mengutip sumber-sumber pemerintah Jepang.
Sehari sebelumnya, Bloomberg juga melaporkan jika Amerika Serikat (AS) dan Ukraina sedang mempertimbangkan "larangan langsung atas sebagian besar ekspor ke Rusia".
Baca juga: Volodymyr Zelensky: Sudah Waktunya Ukraina Bergabung dengan NATO
Ketika ditanya mengenai laporan dari Bloomberg tersebut, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno memberikan sebuah tanggapan berikut.
“Pemerintah mengetahuinya, tetapi menahan diri untuk mengomentari pertukaran di antara negara-negara G7 dan negara-negara yang berpikiran sama tentang kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia”.
Selain memberikan sanksi lebih lanjut kepada Rusia, Matsuno juga mengindikasikan G7 akan terus memberikan dukungan untuk Ukraina.
G7 desak Korea Utara ‘menahan diri’ dari uji coba rudal balistik
Awal pekan ini, para menteri luar negeri G7 memperingatkan agar Korea Utara dapat "menahan diri" untuk tidak melakukan uji coba nuklir lebih lanjut dan peluncuran rudal balistik.
Peringatan dari para menteri luar negeri G7 datang beberapa hari setelah Korea Utara mengklaim telah berhasil menguji coba rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, menyebutnya sebagai terobosan untuk kemampuan serangan balik nuklir negara itu.
"Kami menuntut Korea Utara menahan diri dari tindakan destabilisasi atau provokatif lainnya, termasuk uji coba nuklir lebih lanjut atau peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik," kata para menteri luar negeri G7 dalam sebuah pernyataan, Selasa (18/4/2023).
"Tindakan Korea Utara, bersama dengan retorika yang semakin meningkat dan tidak stabil terkait penggunaan senjata nuklir telah merusak stabilitas regional serta menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan internasional,” pungkas mereka.