Alkes Dijarah, Banyak Rumah Sakit yang Tidak Berfungsi di Sudan
Seorang anggota Persatuan Dokter Sudan, Dr. Safa Aboush mengatakan bahwa Semua rumah sakit tidak berfungsi, dan Rumah Sakit El Geneina dijarah
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) yang berada di El Geneina yang merupakan salah satu kota Darfur Barat, Sudan kini tidak berfungsi.
Pernyataan ini disampaikan seorang anggota Persatuan Dokter Sudan, Dr. Safa Aboush pada Kamis lalu.
Ia menambahkan bahwa seorang dokter telah terbunuh dalam aksi kekerasan baru-baru ini di negara itu.
"Semua rumah sakit tidak berfungsi, dan Rumah Sakit El Geneina dijarah," kata Dr. aboush.
Aboush juga menuduh milisi RSF dan Janjaweed yang melakukan 'penjarahan'.
Baca juga: Bentrokan Berlanjut di Darfur Barat, Krisis Makanan dan Air di Sudan pun Kian Memburuk
Dikutip dari laman CNN, Sabtu (29/4/2023), Komite Pendahuluan Persatuan Dokter Sudan tidak hanya memperingatkan tentang 'kejahatan perang' di Darfur Barat Sudan saja.
Namun juga menyalahkan 'tidak adanya keadilan' secara lokal serta 'banyaknya angkatan bersenjata, proliferasi milisi bersenjata, hingga kegagalan militer yang terus berlanjut dalam melindungi warga sipil.
"Peristiwa berdarah masih berlangsung di kota El Geneina, menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka, yang tidak dapat kami hitung secara akurat karena situasi keamanan yang tegang dan berlanjutnya serangan terhadap warga sipil," kata Komite itu dalam sebuah pernyataan pada Kamis lalu.
Tempat penampungan, rumah sakit, pasar, bank dan kantor organisasi internasional telah menjadi sasaran penjarahan dan pembakaran.
Dua jenderal yang bertikai yakni Abdel Fattah al-Burhan dan Mohamed Hamdan Dagalo sama-sama memiliki sejarah di Darfur, setelah memainkan peran kunci dalam kontra pemberontakan melawan pemberontak dalam perang saudara di kawasan itu yang dimulai pada 2003 lalu.
Burhan menguasai tentara Sudan di Darfur, sementara Dagalo adalah komandan salah satu dari banyak milisi Arab, Janjaweed, yang terlibat dalam pelanggaran dan kekejaman Hak Asasi Manusia (HAM).
Saat konflik yang lebih luas terjadi di seluruh Sudan, Persatuan Dokter Sudan mengatakan 69 persen rumah sakit di daerah pertempuran, termasuk di Khartoum dan kota-kota yang berdekatan, tidak beroperasi.
"Dari 86 rumah sakit, hanya 26 yang 'beroperasi penuh atau sebagian, beberapa hanya menyediakan layanan pertolongan pertama," kata serikat dokter itu.
Fasyankes itu 'di bawah ancaman penutupan' karena kurangnya staf medis, pasokan medis, serta air dan listrik.
Dr Howida Alhassan, seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Alban Gadid di wilayah Nil Timur, selatan Sudan, mengatakan bahwa rumah sakit di daerah tersebut telah 'menjadi sasaran'.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Tiga Skenario Pemulangan WNI dari Sudan ke Daerah Asal
"RSF menggunakan warga sipil sebagai tameng," kata Dr Alhassan.
Ia menambahkan bahwa Rumah Sakit East Nile, yang dekat dengan tempatnya bekerja, kini berada di bawah kendali RSF.
"Mereka ada di dalam rumah sakit," jelas Dr Alhassan.
Rumah Sakit Alban Gadid pun mengalami kekurangan oksigen dan pasokan medis lainnya.
"(Alat kesehatan ini) ada di daerah lain, tapi karena ketidakamanan di jalan, kami tidak bisa membawanya," pungkas Alhassan.