Krisis Sudan: Gencatan Senjata Diperpanjang, Namun Pertempuran Terus Berlanjut
Meski ada perpanjangan gencatan senjata tambahan, ada laporan yang menyatakan bahwa pertempuran sengit terus berlangsung di ibu kota Sudan, Khartoum.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Faksi saingan militer Sudan setuju untuk memperbaharui gencatan senjata tiga hari, keputusan ini diambil sesaat sebelum kesepakatan lama berakhir.
Perpanjangan untuk gencatan senjata '72 jam tambahan ' ini mengikuti upaya diplomatik intensif yang dilakukan oleh negara-negara tetangga serta Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Namun ada laporan yang menyatakan bahwa pertempuran sengit terus berlangsung di ibu kota Sudan, Khartoum.
Dikutip dari laman BBC, Sabtu (29/4/2023), gencatan senjata sebelumnya memungkinkan ribuan orang untuk melarikan diri ke tempat aman, sementara puluhan negara mencoba mengevakuasi warganya.
Hampir dua minggu pertempuran antara tentara dan kelompok paramiliter saingan telah menyebabkan ratusan orang tewas.
Pada Kamis dini hari lalu, tentara reguler Sudan menyetujui perpanjangan, dan saingannya yakni Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter mengikuti beberapa jam kemudian.
Sudan Selatan telah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai, dan tentara telah setuju untuk mengirim perwakilan ke pembicaraan tersebut.
Terlepas dari masa lalu yang pahit dan konflik bertahun-tahun yang menyebabkan pemisahan Sudan Selatan dari Sudan pada 2011, kedua negara kini tengah menikmati hubungan baik.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa negaranya 'sangat aktif mengupayakan' untuk memperpanjang gencatan senjata.
Ia mengklaim, meskipun tidak sempurna, hal itu telah mengurangi kekerasan di Sudan.
Namun Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa situasinya bisa saja memburuk setiap saat.
Baca juga: Sambut WNI yang Dievakuasi dari Sudan, Panglima TNI Harap Evakuasi Dua Sorti Berikutnya Lancar
Di sisi lain, Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, di mana Uni Afrika bermarkas, menuliskan cuitan bahwa ia telah memanggil kedua jenderal yang bersaing untuk mendesak mereka menyelesaikan perbedaan secara damai.
Pada Jumat kemarin, sebuah pesawat militer Turki dalam misi evakuasi warganya ditembak saat mendarat di bandara di luar Khartoum.
Tidak ada yang terluka, namun RSF membantah tuduhan tentara reguler Sudan bahwa mereka terlibat dalam serangan itu.