Roket Ditembakkan dari Gaza setelah Pria Palestina Meninggal di Penjara Israel saat Mogok Makan
Kematian Khader Adnan, yang berafiliasi dengan kelompok militan Jihad Islam, adalah kematian pertama sejak 1992.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok militan Palestina menembakkan roket dari Gaza ke Israel selatan setelah seorang pemimpin Jihad Islam tewas dalam tahanan.
Tahanan itu telah melakukan mogok makan selama 87 hari, Independent melaporkan.
Khader Adnan, yang sedang menunggu persidangan, ditemukan tidak sadarkan diri di selnya pada Selasa (2/5/2023) pagi dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Namun ia kemudian dinyatakan meninggal setelah dokter berupaya untuk menyelamatkannya, kata Layanan Penjara Israel.
Ratusan orang lantas turun ke jalan di Gaza untuk berunjuk rasa mendukung Adnan dan meratapi kematiannya.
Dua rentetan roket diluncurkan terhadap Israel, yang diklaim ditembakkan oleh kelompok payung faksi militan, termasuk Hamas dan Jihad Islam.
Baca juga: Pria Palestina Meninggal di Sel Tahanan Israel setelah Mogok Makan selama 86 Hari
Militer Israel mengatakan setidaknya tiga roket ditembakkan dari Gaza beberapa jam setelah kematian Adnan dan 22 lainnya diluncurkan sore hari.
Empat roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel dan sisanya jatuh di tanah terbuka.
Sejak 2011, Khader Adnan telah melakukan setidaknya tiga aksi mogok makan sebagai protes atas penahanan tanpa tuduhan oleh Israel.
Taktik tersebut telah digunakan oleh tahanan Palestina lainnya, terkadang secara massal, namun tidak ada yang meninggal sejak tahun 1992.
Pengacara Adnan Jamil Al-Khatib dan seorang dokter dari kelompok hak asasi manusia yang baru-baru ini bertemu dengannya mengatakan:
"Kami menuntut dia dipindahkan ke rumah sakit sipil di mana dia dapat ditindaklanjuti dengan baik."
"Sayangnya, permintaan seperti itu ditolak," kata Khatib kepada Reuters.
Adnan, 45 tahun, berasal dari Jenin di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Sumber Jihad Islam mengatakan Adnan adalah salah satu pemimpin politiknya.
Faksi tersebut memiliki kehadiran terbatas di Tepi Barat tetapi merupakan kelompok bersenjata paling kuat kedua di Gaza yang dikuasai Hamas.
Baca juga: Megawati Angkat Bicara Penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U20, Singgung Elektabilitas Ganjar
Lina Qasem-Hassan dari Dokter untuk Hak Asasi Manusia di Israel mengatakan ia melihat Adnan terakhir kali pada 23 April 2023.
Berat badan Adnan turun 40kg dan mengalami kesulitan bernapas tetapi sadar.
"Kematiannya seharusnya bisa dihindari," klaim Qasem Hassan.
Qasem Hassan mengatakan beberapa rumah sakit Israel telah menolak untuk menerima Adnan setelah sempat ke ruang gawat darurat mereka.
Layanan Penjara mengatakan rawat inap bukanlah pilihan karena Adnan telah menolak "pemeriksaan awal".
Rentetan roket ditembakkan hampir sebulan setelah baku tembak lintas batas antara Israel dan Gaza, setelah serangan polisi Israel di kompleks masjid al-Aqsa saat bulan suci Ramadhan.
"Pertarungan kami berlanjut dan musuh akan menyadari sekali lagi bahwa kejahatannya tidak akan berlalu tanpa tanggapan," ujar Jihad Islam, yang mengkhotbahkan kehancuran Israel, dalam sebuah pernyataan.
Layanan ambulans Israel mengatakan seorang warga negara asing berusia 25 tahun menderita luka pecahan peluru serius di sebuah lokasi konstruksi di kota selatan Sderot, tetapi tidak ada cedera besar lainnya yang dilaporkan.
Israel mengatakan pihaknya membatalkan latihan militer yang telah direncanakan untuk pinggiran Gaza "berdasarkan penilaian situasional".
Israel juga menempatkan staf di penjara keamanan dalam kewaspadaan tinggi.
Di Tepi Barat, pihak berwenang Israel mengatakan seorang pria terluka dalam penembakan di dekat pemukiman Yahudi.
Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, Adnan telah ditangkap oleh Israel sebanyak 12 kali.
Adnan menghabiskan sekitar 8 tahun di penjara, sebagian besar karena "penahanan administratif", atau penahanan tanpa dakwaan.
Israel mengatakan penahanan semacam itu diperlukan ketika bukti tidak dapat diungkapkan di pengadilan karena keperluan untuk merahasiakan sumber intelijen.
Terakhir ini, Adnan ditangkap dan didakwa di pengadilan militer Israel atas tuduhan terkait dengan kelompok terlarang dan menghasut untuk melakukan kekerasan, kata Layanan Penjara.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)