Masih Dendam, Kemlu China: Kami Tak Akan Lupakan Tindakan Barbar NATO di Yugoslavia
China mengutuk keras NATO karena menciptakan konflik sambil berpura-pura sebagai aliansi pertahanan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada Senin kemarin bahwa negaranya tidak akan melupakan atau memaafkan pemboman Kedutaan Besarnya di Beograd pada Mei 1999.
Saat itu Beograd merupakan ibu kota Yugoslavia, sebelum negara itu pecah dan Beograd menjadi ibu kota Serbia.
Dikutip dari Russia Today, Selasa (9/5/2023), Wang mengutuk blok yang dipimpin Amerika Serikat (AS) itu karena menciptakan konflik sambil berpura-pura sebagai aliansi pertahanan.
Ia mendesak blok tersebut untuk 'secara serius merenungkan' kejahatannya.
Wang mencatat bahwa 7 Mei adalah peringatan serangan kedutaan, di mana tiga Jurnalis China tewas dan 20 staf diplomatik terluka.
"Rakyat China tidak akan pernah melupakan apa yang telah mereka korbankan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Kami juga tidak akan pernah melupakan kekejaman biadab yang dilakukan oleh NATO pimpinan AS ini," kata Wang kepada wartawan.
Wang menekankan bahwa mengklaim sebagai blok pertahanan regional, NATO telah 'berulang kali menyulut api dan membawa konflik ke berbagai tempat di seluruh dunia'.
"Dari Bosnia dan Herzegovina hingga Kosovo, dari Irak hingga Afghanistan, dan dari Libya hingga Suriah," tegas Wang.
Menurutnya, setelah berpartisipasi dalam perang yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat puluhan juta orang terlantar, NATO kini 'menyerbu ke arah timur ke Asia-Pasifik.
Baca juga: Estonia Dukung Ukraina Gabung NATO dan Uni Eropa, Yakin Kyiv Menang Lawan Rusia
Memicu konfrontasi blok dan merusak perdamaian serta stabilitas di kawasan itu.
"NATO yang dipimpin AS perlu secara serius merenungkan kejahatan yang telah mereka lakukan, meninggalkan mentalitas Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman, berhenti memicu ketegangan di kawasan, dan berhenti menabur perpecahan hingga ketidakstabilan," jelas Wang.
Pemboman Kedutaan Besar China di Yugoslavia terjadi enam minggu setelah perang udara NATO melawan Yugoslavia yang dilakukan atas nama separatis etnis Albania di Kosovo.
Baca juga: Volodymyr Zelensky: Sudah Waktunya Ukraina Bergabung dengan NATO
Lima bom menghantam kompleks tersebut, membunuh Shao Yunhuan, Xu Xinghu dan istrinya, Zhu Ying.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.