Aksi Protes Terjadi di Sejumlah Kota di Pakistan Buntut Penangkapan Mantan PM Imran Khan
Aksi protes pecah di seluruh negeri setelah penangkapan mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
"Ada kemungkinan saya tidak akan mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Anda lagi".
“Teman-teman Pakistan saya, ketika kata-kata saya ini sampai kepada Anda, saya sudah dikurung di dalam dalam kasus yang melanggar hukum."
"Setelah ini, Anda semua harus menyadari bahwa hak-hak fundamental, hukum dan demokrasi telah terkubur.”
“Publik Pakistan telah mengenal saya selama 50 tahun; Saya telah menjadi sorotan publik selama 50 tahun, saya tidak pernah menentang konstitusi Pakistan dan saya tidak pernah melanggar hukum."
"Sejak saya berpolitik, saya selalu berusaha agar semua perjuangan saya damai dan dalam kerangka konstitusi.”
Percobaan Pembunuhan
Sejak digulingkan dari jabatannya, Imran Khan mengalami setidaknya satu upaya pembunuhan, katanya kepada The Independent dalam sebuah wawancara pada bulan Maret.
Namun percobaan pembunuhan itu membuatnya mengalami kerusakan saraf yang bertahan lama.
Pejabat PTI menuduh petugas paramiliter dengan sengaja membidik kakinya yang terluka selama penangkapan hari Selasa (9/5/2023).
Imran Khan menuduh pemerintah dan badan-badan keamanan negara berada di balik percobaan pembunuhan terhadapnya.
Partainya mengatakan bahwa pemilihan penting di negara bagian Punjab, di mana Lahore adalah ibu kotanya, telah ditunda secara ilegal oleh pemerintah karena khawatir Imran Khan akan menang.
Komisi pemilihan telah menunda pemungutan suara tanpa batas waktu dengan alasan masalah keamanan.
Tetapi mahkamah agung negara itu memerintahkannya untuk dilanjutkan hari Minggu ini.
Pemilihan nasional di Pakistan akan berlangsung tahun depan.
Pakistan saat ini tengah mengalami krisis ekonomi.
Inflasi mencapai lebih dari 36 persen dan bailout IMF yang diharapkan, tertunda selama berbulan-bulan.
Aktivitas industri hampir terhenti karena bank sentral telah menaikkan suku bunga ke rekor 21 persen, memperburuk pengangguran dan kemiskinan yang sudah tinggi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)