Intelijen Inggris: Ribuan Tentara yang Tampil di Pawai Hari Kemenangan Rusia Bukan Tentara Sungguhan
Laporan intelijen Inggris menyebut ribuan tentara yang ditampilkan selama parade Hari Kemenangan Rusia kemungkinan bukan tentara sungguhan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Parade Hari Kemenangan Rusia tampaknya menampilkan lebih dari 8.000 tentara yang berbaris di Lapangan Merah Moskow, memberikan kesan kekuatan militer yang kuat.
Namun intelijen Inggris mengatakan sebagian besar dari mereka kemungkinan besar bukan tentara sungguhan yang dapat dikerahkan yang bertempur dalam pertempuran.
Mengutip Insider, dalam pembaruan intelijen pada hari Rabu (10/5/2023), Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan:
"Lebih dari 8.000 personel dilaporkan ikut serta dalam pawai, tetapi mayoritas adalah pasukan tambahan, pasukan paramiliter, dan kadet dari tempat pelatihan militer."
Kemungkinan pasukan yang dapat dikerahkan saat ini, sudah ditempatkan di Ukraina, kata kementerian itu.
Kementerian menambahkan:
Baca juga: Inggris Akan Kirim Rudal Jarak-jauh ATACMS ke Ukraina, Peperangan Bakal Melebar ke Wilayah Rusia
"Satu-satunya personel dari formasi pasukan reguler yang dapat dikerahkan adalah kontingen Pasukan Kereta Api dan polisi militer."
Parade Hari Kemenangan tahunan tersebut, yang memperingati kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945, biasanya memamerkan kekuatan dan peralatan militer Rusia.
Tapi perayaan tahun ini agaknya digelar lebih sederhana.
Hanya ada satu tank Soviet T-34 yang dipamerkan.
Juga tidak ada pesawat yang dalam pawai tersebut.
Ukraina bahkan mengunggah video yang seolah mengejek "sepinya" pawai militer di Hari Kemenangan Rusia.
Baca juga: Ukraina Ejek Rusia di Hari Kemenangan: Cuma Pamer 1 Tank T-34 di Parade Militer
Dalam sebuah video yang diunggah di Twitter pada Rabu (10/5/2023), Kementerian Pertahanan Ukraina menyoroti tank satu-satunya dalam parade militer tersebut.
"Kami menyaksikan parade 'Hari Kemenangan' Rusia hari ini dengan penuh minat. Persembahan kami," kata kementerian itu