Populasi Hong Kong Merosot Terendah di Dunia, Jumlah Anak Usia Sekolah pun Turun
Tingkat kesuburan telah turun di wilayah dan negara berpenghasilan tinggi di seluruh dunia, termasuk Hong Kong.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Tingkat kesuburan telah turun di wilayah dan negara berpenghasilan tinggi di seluruh dunia, termasuk Hong Kong.
Di kota ini, jumlah kelahiran saat ini telah menurun secara drastis.
Menurut laporan United Nation Population Fund (UNFA) yang dirilis pada 19 April lalu, Hong Kong memang memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia,.
Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan Bonus Demografi Bisa Jadi Beban Negara Bila Angka Stunting Masih Tinggi
Dampak tren demografis selama bertahun-tahun ini pun telah menjadi hak yang 'sangat biasa' di masyarakat.
Dikutip dari laman Hong Kong Free Press, Jumat (19/5/2023), dalam beberapa minggu terakhir, Sekretaris Pendidikan kota Hong Kong, Christine Choi mengatakan bahwa lima Sekolah Dasar (SD) tidak akan menerima dana untuk kelas tahun pertama karena terlalu sedikit murid yang mendaftar.
Sekolah-sekolah itu mungkin akan 'terbunuh', seperti yang dilaporkan oleh beberapa kantor berita lokal.
Sementara itu, Biro Pendidikan menyampaikan dalam dokumen yang diserahkan ke Dewan Legislatif pada Maret lalu bahwa populasi usia sekolah di kota itu telah mengalami penurunan.
"Fakta yang tak terbantahkan bahwa populasi usia sekolah menurun," kata Biro Pendidikan.
Pada 2029, populasi usia sekolah berusia 12 tahun diperkirakan turun 16 persen menjadi 60.100 dari 71.600 pada tahun ini.
Menurut Departemen Sensus dan Statistik, pada saat yang sama, telah terjadi peningkatan yang mencolok dalam usia rata-rata pernikahan dari 26,2 untuk perempuan dan 29,1 untuk laki-laki pada 1991 menjadi 30,4 dan 31,9.
Baca juga: Topan Gabrielle Lewati Selandia Baru, 4 Orang Tewas, Penduduk Diminta Hemat Air dan Makanan
Sebuah survei yang dilakukan pada 2023 oleh Hong Kong Women Development Association (HKWDA) menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen responden berusia 18 tahun ke atas mengatakan kepada para peneliti bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melahirkan.
Asosiasi Keluarga Berencana Hong Kong melakukan survei terhadal lebih dari 8.000 siswa sekolah menengah pada 2022.
Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah anak laki-laki dan perempuan yang ingin memiliki anak di masa depan telah anjlok dari masing-masing 84 persen dan 80 persen pada 2011 menjadi 70 persen dan 55 persen pada 2021.
Ini menyiratkan perubahan yang lebih drastis pada sikap perempuan muda terhadap reproduksi.
"Sungguh aneh bahwa siswa sekolah menengah kehilangan kepercayaan pada pernikahan dan melahirkan pada tahap awal seperti itu," kata Ketua Komite Penelitian, Paul Yip, saat konferensi pers yang merilis angka tersebut.
Ia menilai bahwa protes tahun 2019 terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) ekstradisi, virus corona (Covid-19), dan eksodus berikutnya dari Hong Kong mungkin berdampak pada generasi muda.
Tidak hanya itu, Yip menyimpulkan bahwa pemerintah dan individu sama-sama berkontribusi pada fenomena ini.
"(Kita) perlu membangun masyarakat yang dapat membuat kaum muda merasa penuh harapan, sehingga mereka akan mau memiliki anak," tegas Yip.