Angka Kelahiran di Hong Kong Makin Anjlok, Dana Bantuan Sekolah Dasar Dihentikan
Setelah sekolah dasar, sekolah menengah akan terkena pukulan berikutnya, dan ratusan guru dapat diberhentikan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Rendahnya tingkat kelahiran di Hong Kong berimbas pada penghentian dana bantuan sekolah dasar untuk tahun ajaran berikutnya.
Setidaknya hal ini dialami lima sekolah dasar di Hong Kong karena berkurangnya pendaftaran secara drastis.
Baca juga: Harga Properti di Hong Kong Melonjak 2,2 Persen pada Februari
Guru, alumni dan orang tua murid saat ini melakukan seruan emosional, menandatangani petisi dan melobi anggota dewan distrik serta anggota parlemen dengan harapan dapat menyelamatkan sekolah.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (20/5/2023), keputusan untuk menghentikan dana bantuan itu dibuat karena hanya 56.500 bayi yang lahir pada 2017 dan mereka memulai Sekolah Dasar pada September mendatang.
Saat ini, kota itu memiliki lebih banyak sekolah daripada yang dibutuhkan.
Namun jumlah bayi yang lahir turun berturut-turut selama lima tahun ke depan dari 2018 ke rekor terendah yakni hanya 32.500 pada tahun lalu.
Ini tidak hanya menjanjikan hal yang lebih buruk untuk sekolah, namun juga masyarakat itu sendiri.
Beberapa playgroup dan taman kanak-kanak pun telah ditutup.
Baca juga: Childfree Diklaim Bikin Awet Muda, Ini Kata Dokter Estetik sekaligus Influencer Abelina
Setelah sekolah dasar, sekolah menengah akan terkena pukulan berikutnya, dan ratusan guru dapat diberhentikan.
Dampaknya pun akan terjadi pada perguruan tinggi, tenaga kerja dan sektor utama ekonomi kota.
"Krisis yang kita hadapi hari ini tidak terjadi begitu saja, kami melihatnya pada 2018, namun kami gagal menghentikannya dan sekarang bersiaplah untuk itu," kata Ketua Profesor Kesehatan Populasi di Departemen Pekerjaan Sosial dan Administrasi Universitas Hong Kong, Paul Yip Siu-fai.
Gelombang emigrasi sejak China memberlakukan Undang-undang Keamanan Nasional pada 2020 dan populasi Hong Kong yang cepat menua telah membuat situasi semakin mengerikan.
Ini mendorong para akademisi dan ekonom untuk menyerukan tindakan progresif segera.
Mirisnya, fenomena yang muncul dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa wanita yang lebih muda dan pasangan menikah tidak hanya menunda untuk memiliki bayi, namun juga banyak yang tidak menginginkannya sama sekali (childfree).
"Generasi muda tidak lagi memikirkan konsep menurunkan nama keluarga. Mereka tidak lagi menyebut diri mereka 'childless' tetapi 'childfree' dan melihatnya dengan cara yang positif. Itu akan menandakan lebih banyak masalah di depan," jelas Yip, yang telah melacak angka kelahiran Hong Kong selama beberapa dekade.