Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Jepang Ada Sekitar 10.000 Kanbotsu, Tanah Amblas Berlubang Besar Terjadi per Tahun

Saat ini di Jepang per tahun ada sekitar 10.000 lokasi mengalami Kanbotsu atau tanah amblas berlubang besar di berbagai tempat. 

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Di Jepang Ada Sekitar 10.000 Kanbotsu, Tanah Amblas Berlubang Besar Terjadi per Tahun
Nishi Nippon
Kanbotsu atau subsidence atau tanah amblas dan berlubang besar di Fukuoka 20 Juni 2021 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Saat ini di Jepang per tahun ada sekitar 10.000 lokasi mengalami Kanbotsu atau tanah amblas berlubang besar di berbagai tempat. 

”Saat ini banyak sekali tempat yang mengalami kanbotsu di Jepang antara lain karena bocornya saluran air di bawah tanah, membuat lapisan bawah tanah menurun menjadikan sebuah rongga di bawah tanah dan akhirnya rongga membesar suatu saat tanah berlubang besar seperti kejadian 20 Juni 2021 di Fukuoka," papar Shinya Inazumi profesor Shibaura Institute of Technology khususnya Rekayasa Geoteknik kemarin (29/6/2023).

Kasus kanbotsu  dua tahun lalu juga terjadi di kota Chofu Tokyo.

Gua-gua dan rongga di daerah pemukiman di Kota Chofu, Tokyo, terjadi akibat efek pembangunan terowongan di Jalan Tol Lingkar Luar Tokyo (Gaikan Expressway) .

Pada hari yang sama, survei darat independen dilakukan, dan diumumkan bahwa banyak rongga (celah) yang terkonfirmasi di tanah di sekitar rute itu. Hal tersebut adalah pertama kalinya tanah lepas dikonfirmasi di luar rute.

Operatornya, East Japan Expressway, berencana memperbaiki tanah tepat di atas rute tersebut.

Berita Rekomendasi

Profesor Inazumi menunjukkan, "Karena ada kemungkinan bahwa itu akan berkembang menjadi rongga atau cekungan, tanah harus diperkuat (bahkan di bagian luar) sesegera mungkin.''

Survei dilakukan pada akhir September 2021 di lokasi empat rumah di Wakaba-cho dan Higashi-Tsutsujigaoka di mana terdapat retakan dan celah yang mencolok. Tiga di antaranya berada di luar jalur.

Alat berbentuk batang didorong ke dalam tanah untuk mengukur nilai N, yang menunjukkan kekuatan tanah, setiap 20 sentimeter dari permukaan tanah hingga maksimum sekitar 8 meter di bawah tanah.

Semakin besar nilai N, semakin kuat tanahnya, dan dalam kasus bangunan berukuran kecil dan menengah, diinginkan untuk memiliki nilai 20 atau lebih, tetapi banyak dari empat lokasi menunjukkan nilai 5 atau kurang. Jadi berbahaya sekali diperkirakan rongga di bawah tanah sudah besar dan rumah bisa amblas ke bawah.

Di salah satu titik survei, di sebuah rumah di Wakaba-cho, sekitar 10 meter di sebelah timur rute, ditemukan banyak celah dalam rekaman video bawah tanah.

Profesor Inazumi menunjukkan, "Getaran dari pekerjaan konstruksi mungkin telah diperkuat oleh tanah lunak, mengguncang partikel tanah dan menyebabkannya berkembang menjadi rongga." 

Kerusakan tidak hanya ditemukan pada rumah-rumah di sepanjang jalur tersebut, tetapi juga pada pipa air bawah tanah dan pipa gas. Selain dampak getaran, perlu dilakukan analisis penyebabnya dengan memperluas cakupan penyelidikan tanpa mengesampingkan semua kemungkinan yang mempengaruhi deformasi tanah, seperti bahan pembusa dan air tanah yang digunakan dalam jumlah besar untuk konstruksi perisai.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas