Kebocoran Gas Beracun di Afrika Selatan, 16 Orang Tewas termasuk 3 Anak Berusia 1, 6, 15 Tahun
Kebocoran gas beracun di Kota Johannesburg, Afrika Selatan menewaskan 16 orang, termasuk 3 anak berusia 1, 6, 15 tahun di area penambangan ilegal.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 16 orang tewas akibat kebocoran gas nitrat beracun di Afrika Selatan pada Rabu (5/7/2023) sekira pukul 20.00 waktu setempat.
Tiga anak berusia 1, 6, dan 15 tahun termasuk dalam korban meninggal dunia.
"Dua orang dibawa ke rumah sakit untuk perawatan," kata polisi.
Gas tersebut biasanya digunakan oleh penambang ilegal untuk memproses emas di pemukiman informal.
Sebelumnya, layanan darurat mengumumkan 24 orang diduga tewas di pemukiman Angelo, Boksburg, Kota Johannesburg.
Namun, polisi dan Perdana Menteri Provinsi Gauten, Panyaza Lesufi, merevisi laporan kematian sejumlah 16 orang.
"Itu sama sekali bukan pemandangan yang bagus... Itu menyakitkan, menguras emosi dan tragis," kata Lesufi, yang mengunjungi tempat kejadian, dikutip dari Africa News.
Baca juga: Ledakan Besar di Tokyo Jepang Mengakibatkan 4 Luka Berat, Tapi Bukan Teror
Lesufi juga me-retweet video beberapa tabung gas di dalam gedung yang berdebu yang berada di dalam dudukan logam.
Pihak berwenang tidak mengatakan apakah penambang liar yang mereka yakini bertanggung jawab atas kebocoran gas termasuk di antara korban.
Seorang petugas polisi terlihat menutupi tubuh seorang anak dengan selimut.
Sementara tubuh korban lainnya ditutupi kain putih.
Area di sekitar lokasi kejadian kemudian ditutup dengan pita garis polisi, dikutip dari SCMP.
Baca juga: Seorang Siswa Thailand Tewas dan 29 Terluka akibat Ledakan Alat Pemadam Kebakaran
Tim SAR masih melakukan penyisiran di sekitar lokasi untuk mencari korban lainnya.
Jasad korban tetap tergeletak di tanah setelah kebocoran dilaporkan pada pukul 20.00 waktu setempat.
Warga setempat menunggu layanan darurat dan penyelidik forensi dan ahli patologi tiba di lokasi pada Kamis (6/7/2023) sekira pukul 3.00 pagi.
"Kami tidak bisa memindahkan siapa pun. Jenazah masih berada di tempat mereka berada di tanah," kata William Ntladi, juru bicara layanan darurat.
Ia mengatakan, kematian disebabkan oleh gas nitrat yang bocor dari tabung gas yang di simpan di gubuk.
Dia mengatakan, tabung itu telah dikosongkan dalam kebocoran.
Tim SAR dapat mulai menjelajahi area yang terbentang 100 meter dari silinder untuk memeriksa lebih banyak korban.
Silinder itu diindikasikan sebagai penyebab kebocoran gas itu digunakan oleh penambang liar untuk memisahkan emas dari kotoran dan batu.
Baca juga: 31 Orang Tewas dalam Ledakan di Restoran Barbekyu China, Diduga karena Gas Bocor, 9 Orang Ditahan
Tragedi yang terjadi pada Rabu (5/7/2023) kemungkinan akan memicu lebih banyak kemarahan pada penambang ilegal.
Mereka seringkali merupakan pendatang dari negara tetangga, yang beroperasi dalam geng terorganisir dan disalahkan karena membawa kejahatan ke lingkungan sekitar, dikutip dari AP News.
Kekerasan terhadap penambang ilegal meletus tahun 2022 lalu dan berkecamuk selama berhari-hari di daerah barat Johannesburg.
Kerusuhan itu terjadi setelah sekelompok 80 pria, beberapa di antaranya diyakini sebagai penambang ilegal, didakwa memperkosa delapan wanita yang sedang mengerjakan syuting TV di sebuah tambang bekas.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Afrika Selatan