Presiden AS Joe Biden Sebut Belum Saatnya bagi Ukraina untuk Bergabung dengan NATO
Di tengah perang yang masih berlangsung, Presiden AS Joe Biden menyebut belum saatnya bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Sebelumnya pada hari Jumat (7/7/2023), pemerintahan Biden mengumumkan bahwa AS akan mengirimkan munisi tandan (bom cluster) ke Ukraina untuk pertama kalinya.
Langkah itu diambil untuk membantu meningkatkan amunisi Ukraina yang tengah melakukan serangan balasan terhadap Rusia.
Baca juga: Rencanakan Kudeta Berdarah, AS Pimpin NATO Gunakan Ukraina sebagai Boneka Lawan Rusia
Biden memberi tahu Presiden Ukraina bahwa itu adalah "keputusan sulit" untuk memberikan amunisi kontroversial kepada Ukraina, tetapi dia yakin itu perlu karena Ukraina kehabisan amunisi.
Pertemuan NATO mendatang juga terjadi ketika Swedia berusaha untuk bergabung dengan NATO.
Langkah itu menghadapi perlawanan dari Turki dan Hungaria.
Biden mengatakan kepada Zakaria bahwa dia optimis bahwa Swedia pada akhirnya akan diterima di NATO, dengan mencatat bahwa Turki, sedang berusaha untuk memodernisasi armada F-16-nya, bersama dengan Yunani, yang telah memilih untuk mengakui Swedia.
“Turki sedang mencari modernisasi pesawat F-16. Dan (Perdana Menteri Yunani Kyriakos) Mitsotakis di Yunani juga sedang mencari bantuan," CNN melaporkan, mengutip Biden.
“Jadi, apa yang saya coba katakan, terus terang saja, kada sedikit konsorsium di sini, di mana kami memperkuat NATO dalam hal kapasitas militer baik Yunani maupun Turki, dan mengizinkan Swedia untuk masuk. Tapi itu sedang didiskusikan. Itu belum selesai," tambahnya.
Biden lebih lanjut mengatakan dia yakin China ingin menggantikan AS sebagai negara dengan kapasitas ekonomi dan militer terbesar di dunia, tetapi dia yakin AS dapat memiliki hubungan kerja dengan Beijing.
“Saya pikir ada cara untuk menyelesaikan, untuk membangun hubungan kerja dengan China yang menguntungkan kedua belah pihak,” kata Biden.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)