Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ziarah Kubur Syeikh Thahir Ibnu Asyur: Diplomasi Dubes Indonesia Gus Mis Buka Mata Tunisia

Banyak barokah dari soft diplomacy yang Gus Mis lakukan utamanya dalam hubungan bilateral Indonesia-Tunisia

Editor: Srihandriatmo Malau
zoom-in Ziarah Kubur Syeikh Thahir Ibnu Asyur: Diplomasi Dubes Indonesia Gus Mis Buka Mata Tunisia
TribunJakarta.com/Y Gustaman  
Dubes Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi (kiri) dan KH Ahmad Baso (kanan) memimpin ziarah kubro ke makam Alallamah Thahir Ibnu Asyur yang diikuti peserta Simposium Kawasan Perhimpunan Pelajar Indonesia Kawasan Timur Tengah dan Afrika 2023 yang akan berlangsung dari 17-21 Juli 2023. Foto diambil pada Minggu (16/7/2023).  

Barokah lainnya, dulu orang Indonesia masuk Tunisia harus menunggu visa sampai tiga bulan.

Diplomasi ziarah kubur ini kemudian membuat pengurusan visa menjadi seminggu dan sampai akhirnya bebas visa seperti sekarang.

Bukan itu saja. Kini, kuota beasiswa bagi pelajar Indonesia yang semula 30 orang di Universitas Zaytunah tambah menjadi 50 orang. Dan ke depan bakal bertambah lagi.

Diplomasi ziarah kubur yang dilakukan Gus Mis dan pelajar Tunisia terutama anak-anak PCI NU Tunisia kemudian fotonya viral dan kemudian menghiasai pemberitaan media Tunisia.

Baca juga: PCINU Tunisia Gelar Doa Bersama dan Mengenang Keteladanan KH Ali Yafie

Kembali Mengenang Bung Karno

Sejak saat itu Gus Mis banyak menerima undangan media dari televisi, online dan surat kabar. Inilah pintu masuk diplomasi Gus Mis mengingatkan kembali bagaimana peran penting Indonesia sebagai sahabat Tunisia.

Kehadiran Gus Mis membangkitkan kembali kenangan orang-orang tua di Tunisia tentang Bung Karno saat berkunjung ke Tunisia setelah kemerdekaannya tahun 1960. Mereka bercerita betapa senangnya saat didatangi dan disalami satu per satu oleh Bung Karno.

Berita Rekomendasi

Di dalam banyak kesempatan wawancara dengan media, Gus Mis banyak mengenalkan Indonesia, Pancasila dan wajah Islam yang moderat.

Gus Mis lebih dikenal dan dijuluki media Tunisia bukan sebagai dubes atau rajul siyasi atau politikus, tapi rajul mustaqof, cendekiawan. Dia adalah sayyidul sufara atau penghulunya para dubes. Gus Mis tampil nyentrik, tanpa protokoler yang ruwet, tanpa pengawalan.

"Orang-orang Tunisia banyak terpelajar. Makanya saya ketika berbicara ke media, memposisikan sebagai cendekiawan. Karena mereka terpelajar dan terbuka untuk pemikiran," imbuhnya.

Tribun merasakan bagaimana warga Tunisia sangat mengenal Gus Mis. Tempo hari saat kelua imigrasi Bandara Tunisia, sejumlah warga mengajak Gus Mis mengobrol ringan.

Diakui Gus Mis, Tunisia yang bermazhab Maliki memang kurang akrab dengan tradisi ziarah kubur, beda dengan orang-orang di Indonesia yang mayoritas ahlus sunnah wal jamaah dan bermazhab Syafii.

Tapi fadilah ziarah kubur Thahir Ibnu Asyur memudahkan jalan diplomasi Indonesia bisa masuk dan merembes ke alam pikiran orang-orang Tunisia. Tak jarang Gus Mis diundang mengisi stadium generale di kampus-kampus di sana.

Nata Sutisna mahasiswa Indonesia, bercerita kepada Tribun dalam salah satu kesempatan Gus Mis menjadi pembicara saat pengenalan mahasiswa baru di salah satu kampus.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas