Kembang Api Terbesar di Jepang Sumidaku Dikunjungi 1.030.000 Orang
Lokasi Stasiun Asakusa, stasiun terdekat dari pertunjukan kembang api, penuh sesak dengan orang-orang sehingga kemarin sore sekitar 17.00
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Festival Kembang Api (hanabi) Sungai Sumida yang terbesar di Jepang diselenggarakan kemarin (29/7/2023) untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Tercatat 1,03 juta orang mengunjungi acara tersebut.
"Jumlah ini lebih banyak daripada jumlah penduduk prefektur Akita dan Kagawa. Kaget juga kami sebagai penyelenggara hanabi (festival kembang api) ini," papar sumber Tribunnews.com kemarin (29/7/2023).
Baca juga: Sekitar 30 Anak Meninggal Kecelakaan Akibat Tenggelam di Sungai di Musim Panas Jepang
Lokasi Stasiun Asakusa, stasiun terdekat dari pertunjukan kembang api, penuh sesak dengan orang-orang sehingga kemarin sore sekitar 17.00 waktu Jepang tidak mungkin untuk keluar dari stasiun.
Jalanan di sekitar ditutup polisi karena pengunjung luar biasa banyak. Sekitar 4 jam ditutup dan baru dibuka sekitar jam 20:00 waktu Jepang setelah acara hanabi selesai.
"Saat itu pukul 17:00 di depan Stasiun Asakusa dan sudah ada begitu banyak orang sehingga sulit untuk berjalan. Sangat sulit untuk bergerak maju."
Penonton datang dari seluruh penjuru Jepang dan juga berbagai negara di dunia. Polisi termasuk DJ Polisi yang mengumumkan ikut aktif mengatur para penonton.
"Kami perkirakan pengunjung kali ini sekitar 2 kali lipat daripada sebelum pandemi muncul 2019 lampau," tambahnya.
Para penonton pun duduk di atas jalan raya yang ditutup saat hanabi diluncurkan dan teriakan gembira dari banyak orang memuji cantiknya hanabi Sumidagawa tersebut.
Baca juga: Badan Penanggulangan Krisis Penyakit Menular Kabinet Jepang Didirikan 1 September
Mereka semua menuju ke tempat yang sama pada waktu yang sama. Para petugas polisi memberikan aba-aba, dan para penonton langsung mengambil tempat masing-masing. Para polisi membawa mereka kembali satu per satu agar teratur suasananya.
Selama 90 menit Hanabi diselenggarakan dan saat berakhir pun arus yang sama pulang menuju stasiun Asakusa membuat jalanan hampir tak bergerak dengan jumlah orang yang sangat banyak kemarin.
Beberapa orang sekitar 5 orang tampak diangkut ambulance karena kurang enak badan dengan keramaian dan suhu panas meskipun sudah sore hari sekali pun mencapai sekitar 32 derajat Celcius.
"Selain panas berlebih dari permukaan kulit, napas dan ventilasi yang buruk karena berdesak-desakan juga dapat meningkatkan suhu dan kelembapan, maka perlu dipindah ke daerah yang agak sejuk dan aman," ungkap Katsuaki Yoshida, Direktur Rumah Sakit Rehabilitasi Yokohama Tsurumi.
Selain suhu permukaan tubuh manusia yang merupakan sumber panas yang cukup besar (32-33°C), suhu di sekitarnya dapat mencapai hampir 40°C karena pernafasan dan ventilasi yang buruk akibat berdesak-desakan.
Mereka dikatakan rentan terhadap kekurangan air, karena mereka tidak dapat pergi keluar untuk membeli minuman karena berdesak-desakan, dan untuk menghindari antrian di toilet, dan mereka cenderung menahan diri untuk tidak minum air tambah Yoshida.
'Mengipasi diri Anda dengan kipas angin uchiwa juga cukup efektif. Menurut saya, mengipasi diri sendiri dapat menurunkan suhu tubuh hingga dua atau tiga derajat. Jika Anda merasa kepanasan, pusing, pusing, atau sakit, segeralah mengungsi ke tempat yang aman."
Seusai hanabi berlangsung tampak banyak sampah di tengah jalan seperti kaleng bir, plastik tempat duduk yang ditinggalkan serta berbagai sampah lainnya.
Namun petugas sampah dengan gesitnya membersihkan malam kemarin dan pagi ini (30/7/2023) sudah kembali rapi bersih kembali dari pengamatan Tribunnews.com di Asakusa.
Sementara itu bagi para pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.