Polisi Khusus KA di India Tembaki Penumpang di Dalam Kereta yang Sedang Berjalan, 4 Orang Tewas
3 pria muslim termasuk di antara 4 orang yang tewas dalam insiden penembakan di dalam kereta api di India.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Empat orang ditembak mati di dalam kereta yang sedang berjalan di India setelah seorang anggota polisi kereta api (Polsuska) menembaki mereka.
Dilansir Independent, pelaku yang bernama Chetan Singh, melancarkan aksinya di dalam kereta Jaipur-Mumbai Central Superfast Express pada Senin (31/7/2023) pukul 5.30 pagi waktu setempat.
Kereta itu berada di dekat stasiun Palghar, terletak 96 km utara Mumbai.
Singh awalnya menembak rekannya sendiri, Tikaram Meena, asisten sub-inspektur Railway Protection Force (RPF) atau Polsuska dalam Bahasa Indonesia.
Ia kemudian mulai menembaki tiga penumpang, semuanya dipastikan beragama Islam.
Singh diduga pertama kali menembak mati Meena di gerbong B-5 ekspres kemudian melepaskan tembakan ke salah satu penumpang, yang diidentifikasi sebagai Abdul Kaderbhai Bhanpurwala, di gerbong yang sama.
Baca juga: Imam Masjid Tewas setelah Massa Hindu Bakar dan Tembaki Masjid di India
Ia lalu dilaporkan berjalan melalui empat gerbong sampai tiba di gerbong pantry.
Di sana, ia menembak mati seorang penumpang yang diidentifikasi bernama Sadar Mohammed Hussain.
Tersangka melewati dua gerbong lain sampai dia menemukan korban ketiga – Asgar Abbas Shaikh di gerbong S-6 dan membunuhnya.
Singh diduga menembakkan 12 peluru dari senapan dinasnya untuk membunuh keempat orang tersebut.
Dalam video yang dibagikan di media sosial, tersangka terlihat berdiri di samping mayat dengan senapan di tangannya.
“Jika Anda ingin tinggal dan memilih di Hindustan [India], saya beri tahu Anda, hanya Modi dan Yogi, dua orang ini,” katanya dalam kata-kata kasar singkat.
Sosok ia sebut adalah perdana menteri Narendra Modi dan menteri utama Uttar Pradesh Yogi Adityanath.
Tak lama setelah pembantaian itu, salah satu penumpang menarik rantai alarm.
Singh melompat dari kereta di stasiun berikutnya dan mencoba melarikan diri.
Dia kemudian ditangkap dari sekitaran Mumbai.
Baca juga: Pasangan asal India Jual Bayi Mereka demi Beli iPhone untuk Buat Konten di Media Sosial
"Insiden malang telah dilaporkan hari ini di Mumbai-Jaipur Superfast Express," kata Kereta Api Barat India dalam sebuah pernyataan.
“Menurut penyelidikan awal, dia melepaskan tembakan menggunakan senjata tugasnya."
"Pelaku telah ditangkap,” tambahnya.
Otoritas kereta api mengatakan motif penembakan itu belum diketahui.
Tersangka dan juga sub-inspektur yang terbunuh adalah bagian dari kelompok beranggotakan empat orang, yang naik kereta api dari stasiun Surat di Gujarat untuk tugas pengawalan.
Praveen Sinha, inspektur jenderal RPF mengatakan kepada wartawan bahwa pelaku "cukup pemarah".
“Dia memiliki sumbu pendek, dia cukup pemarah."
"Tidak ada pertengkaran. Dia baru saja kehilangan kesabaran dan menembak seniornya, lalu menembak siapa pun yang dilihatnya,” kata Sinha.
Pelaku dibawa ke kantor polisi kereta api Borivali.
Baca juga: India Kembali Larang Produsen Sirup Obat Batuk, Diduga jadi Penyebab Kematian Anak di Kamerun
Sementara itu, anggota keluarga Asgar Abbas Shaikh yang berduka menolak untuk menerima jenazahnya dan melakukan protes di luar rumah sakit sipil di Mumbai.
Mohammad Amanullah Shaikh mengatakan dia tidak akan menerima jenazah Asgar sampai perusahaan kereta api mengumumkan kompensasi dan membuat pengaturan untuk membawa jenazahnya ke kota Jaipur di Rajasthan.
“Dia (Asgar) memiliki lima anak di bawah usia 12 tahun, tetapi perusahaan kereta api tidak mengumumkan kompensasi apa pun untuk mereka atau memberikan pekerjaan untuk anggota keluarga mereka."
"Mereka juga belum mengurus pemindahan jenazahnya ke Jaipur,” katanya, menurut The Telegraph.
Pemimpin partai oposisi India mengutuk kekerasan tersebut, menyebutnya sebagai "pembunuhan berdarah dingin" yang merupakan "hasil dari media berita dan suasana media sosial yang sangat terpolarisasi".
"Jin kebencian sekarang sudah keluar dari botol dan akan membutuhkan banyak upaya kolektif untuk memasukkannya kembali," cuit Jairam Ramesh, anggota Kongres Nasional India.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.