Indonesia Tempatkan Pakarnya Jadi Pimpinan PBB di Intergovernmental Panel on Climate Change
Dalam pemilihan ini Prof Edvin menang secara voting mengalahkan kandidat dari Australia dan Selandia Baru.
Penulis: Erik S
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Indonesia Tempatkan Pakarnya Jadi Pimpinan PBB di Intergovernmental Panel on Climate Change
Laporan Wartawan Tribunnews, Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam pertemuan ke 59 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang dilaksanakan di Nairobi, Kenya, Prof Edvin Aldrian kembali terpilih kembali sebagai Vice Chair Working Group I.
Ini adalah masa tugas kedua bagi Prof Edvin.
Keberadaan Prof Edvin Aldrian ini mewakili Region 5 yang mencakup wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya.
Baca juga: Pemerintah Masukkan Paris Climate Agreement ke dalam RPJMN 2020-2024
Dalam pemilihan ini Prof Edvin menang secara voting mengalahkan kandidat dari Australia dan Selandia Baru.
Prof Edvin Aldrian terpilih sebagai dalam sekali putaran (Simple Majority) dengan perolehan 73 Suara (52 persen) dibandingkan Selandia baru dengan 41 suara (29%) dan Australia 26 suara (19%).
Ini karena Indonesia, Australia dan Selandia Baru berada dalam satu region.
Keberhasilan Indonesia ini karena mendapat dukungan dari negara negara ASEAN, Negara negara Pasific Barat, Negara negara Islam, Negara negara Afrika, Inggris, Perancis, Spanyol, Venezuela, Brazil, Argentina, Ekuador, Hongaria dan Negara negara Amerika Latin, termasuk dua negara yang sedang dalam kondisi perang yaitu Rusia dan Ukraina.
Bentuk dukungan ini disampaikan secara diplomatik non verbal dan kontak langsung dengan memberikan brosur kandidat yang disiapkan dari Jakarta dan souvenir Indonesia yang disiapkan KLHK.
Tentunya kerjasama yang luar biasa dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Luar Negeri berperan sangat penting dalam keberhasilan ini.
IPCC merupakan Lembaga PBB dalam bidang sains Perubahan Iklim yang memiliki anggota 195 negara. IPCC merupakan sedikit dari lembaga PBB yang menerima hadiah Nobel.
Pada pertemuan tanggal 25-28 Juli 2023 ini, dihadiri oleh ratusan perwakilan negara, para Ahli, instansi peneliti dari negara anggota serta organisasi observer.
Tercatat ada 170 negara yang hadir, dengan total 600 orang peserta. Jumlah ini menunjukkan peningkatan delegasi sebesar 40% dibandingkan dengan putaran terakhir pemilihan IPCC pada tahun 2015.