12 Fakta Pembunuhan Calon Presiden Ekuador Fernando Villavicencio, Pemilu Tetap Digelar 20 Agustus
Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini rangkuman fakta-fakta terkait pembunuhan calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio:
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pembunuhan Calon Presiden (Capres) Ekuador Fernando Villavicencio telah menyedot perhatian global.
Pasalnya, Ekuador akan menggelar pemilihan presiden pada 20 Agustus 2023 mendatang.
Para ahli menggarisbawahi meningkatnya kekerasan kelompok kriminal di negara kawasan Amerika Selatan itu.
Fernando Villavicencio tewas saat berkampanye di Ibu Kota Quito pada Rabu (9/8/2023).
Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini rangkuman fakta-fakta terkait pembunuhan calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio:
1. Anti-korupsi dan Penyelundupan Narkoba
Fernando Villavicencio merupakan kandidat presiden Ekuador yang dikenal sangat keras mengkritik praktik korupsi.
Baca juga: Pembunuhan Kandidat Presiden Ekuador, 1 Terduga Pelaku Tewas dan 6 Ditangkap
Villavicencio juga memerangi kelompok penyelundup narkoba yang kian memperluas pengaruhnya di Ekuador.
2. Tersangka Lebih dari Satu Orang
Pihak berwenang hingga saat ini belum membagikan rincian kejahatan tersebut.
Polisi Ekuador menangkap enam tersangka, semuanya warga Kolombia.
Enam orang yang ditahan diidentifikasi bernama Andres M., Jose N., Eddy G., Camilo R., Jules C., dan Jhon Rodriguez, lapor ABC News.
Sepuluh orang di lokasi tertembak, termasuk seorang terduga pelaku dan dua petugas polisi, menurut kementerian dalam negeri.
Ada satu pelaku - yakni tersangka ketujuh - tewas dalam baku tembak pada Rabu (9/8/2023).
3. Presiden Ekuador Salahkan Jaringan Kriminal
Beberapa jam setelah penembakan, Presiden Guillermo Lasso menyalahkan jaringan kriminal atas kekerasan tersebut.
“Kejahatan terorganisir telah berjalan jauh, tetapi beban hukum sepenuhnya akan menimpa mereka,” tulis Lasso di media sosial.
Baca juga: Populer Internasional: Capres Ekuador Tewas Ditembak - Unit Tempur Rusia Strom-Z
Delegasi FBI diharapkan segera tiba di Quito, tempat kejadian, menurut kantor Presiden Lasso.
4. Ekuador Nyatakan Keadaan Darurat
Presiden Guillermo Lasso pun mengumumkan keadaan darurat selama tiga hari.
Ia juga mengajukan banding ke Biro Investigasi Federal (FBI) di Amerika Serikat untuk bantuan dalam penyelidikan pemerintahnya.
5. Tingkat Kejahatan
Ekuador beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan kejahatan.
Pada tahun 2022, Ekuador mencatat tingkat rekor pembunuhan dan penyitaan narkoba.
Mengingat lokasi Ekuador di pesisir antara daerah penghasil kokain di Peru dan Kolombia, negara ini menjadi wilayah yang banyak dicari untuk perdagangan narkoba.
Geng Ekuador menjalin hubungan erat dengan organisasi perdagangan narkoba internasional, yang akhirnya mendorong lonjakan kekerasan.
Baca juga: Calon Presiden Ekuador Ditembak Mati usai Hadiri Kampanye
6. Pengangguran Meningkat
Pandemi COVID-19 juga berdampak buruk, terutama di komunitas yang lebih miskin.
Masa pandemi kala itu berkontribusi pada kemerosotan ekonomi yang parah di Ekuador.
Para ahli mengatakan kurangnya kesempatan kerja telah menciptakan rekrutan potensial untuk kelompok kriminal.
7. Ketidakstabilan Ekuador
Direktur Divisi Amerika untuk Human Rights Watch (HRW) Juanita Goebertus mengaitkan pembunuhan calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio dengan ketidakstabilan yang sedang berlangsung di negara itu.
"Ini adalah tragedi yang bisa saja dibayangkan orang, mengingat memburuknya situasi keamanan yang sangat serius di Ekuador," katanya kepada Al Jazeera.
Baca juga: Bakal Calon Presiden Ekuador Ditembak Mati Saat Kampanye, Gengster Los Lobos Mengaku Jadi Eksekutor
8. Tingkat Pembunuhan Makin Meningkat
“Jika Anda membandingkan tingkat pembunuhan antara tahun 2021 dan 2022, ada peningkatan lebih dari 80 persen," beber Goebertus.
Kematian Villavicencio, misalnya, terjadi lebih dari dua minggu setelah pembunuhan profil tinggi lainnya: pembunuhan Wali Kota Manta, Agustin Intriago pada 23 Juli.
Goebertus mengatakan polisi nasional mencatat 5.000 kasus pemerasan pada tahun 2022, angka yang akan berlipat ganda pada akhir tahun 2023.
9. Situasi Penjara di Ekuador
Penjara di Ekuador kini menjadi tempat kekerasan yang sangat mengerikan.
Lebih dari 30 orang tewas dalam kerusuhan di penjara Guayaquil bulan lalu.
Human Rights Watch mengatakan dalam siaran pers pada hari Kamis bahwa lebih dari 600 orang telah tewas dalam pembantaian di penjara selama beberapa tahun terakhir.
10. Perpecahan Politik
Perpecahan politik semakin terbuka usai pembunuhan Villavicencio yang telah dikecam beragam spektrum politik.
Baca juga: Buntut Tewasnya Fernando Villavicencio, Presiden Ekuador Umumkan Masa Berkabung Nasional 3 Hari
"Di Ekuador, Anda melihat semua orang mengecam pembunuhan itu," kata seorang peneliti Amerika Latin di Dewan Hubungan Luar Negeri, Will Freeman.
Freeman mengatakan bahwa para kritikus menyoroti sejarah tuduhan korupsi Villavicencio terhadap mantan Presiden Rafael Correa , yang tampaknya menyiratkan - tanpa bukti - bahwa pembunuhan itu adalah bentuk pembalasan politik.
11. Pemilihan Presiden Tetap Berjalan Sesuai Jadwal
Presiden Lasso mengatakan pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 20 Agustus tidak akan ditunda.
12. Mantan Jurnalis
Fernando Villavicencio merupakan mantan jurnalis antikorupsi.
Ia ditembak saat meninggalkan sebuah gedung setelah memberikan pidato kepada para pendukung muda.
Usianya 59 tahun dan merupakan salah satu dari sembilan kandidat yang mencalonkan diri.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)