Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Obat Herbal, WHO Gelar KTT Pengobatan Tradisional Pertama di India  

Pembicaraan yang dilakukan di India ini menyatukan para stakeholder dan akademisi untuk 'memobilisasi komitmen politik dan tindakan berbasis bukti

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Soal Obat Herbal, WHO Gelar KTT Pengobatan Tradisional Pertama di India  
Shutterstock
Ilustrasi jamu dan obat herbal- rganisasi Kesehatan Dunia (WHO)  mengadakan pertemuan puncak pertamanya tentang pengobatan tradisional pada Kamis waktu India. Hal yang digarisbawahi adalah pengobatan yang berakar pada produk alami ini dapat menjadi perawatan kesehatan alternatif yang efektif 'jika telah terbukti secara ilmiah'. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  mengadakan pertemuan puncak pertamanya tentang pengobatan tradisional pada Kamis waktu India.

Hal yang digarisbawahi adalah pengobatan yang berakar pada produk alami ini dapat menjadi perawatan kesehatan alternatif yang efektif 'jika telah terbukti secara ilmiah'.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (17/8/2023), WHO menegaskan bahwa obat-obatan tradisional merupakan 'pengobatan alternatif pertama bagi jutaan orang di seluruh dunia'.

Pembicaraan yang dilakukan di India ini menyatukan para stakeholder dan akademisi untuk 'memobilisasi komitmen politik dan tindakan berbasis bukti' terhadap obat-obat ini.

Baca juga: Cara Buang Sampah Obat yang Benar Menurut BPOM

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengobatan tradisional hanya bernilai jika digunakan 'secara tepat, efektif dan aman berdasarkan bukti ilmiah terbaru'.

KTT Global Pengobatan Tradisional WHO yang digelat selama dua hari ini berlangsung bersamaan dengan pertemuan para Menteri Kesehatan G20 di kota Gandhinagar, India.

Berita Rekomendasi

"Pengembangan ilmu pengetahuan tentang pengobatan tradisional harus dilakukan dengan standar ketat yang sama seperti di bidang kesehatan lainnya," kata Kepala Penelitian WHO, John Reeder dalam sebuah pernyataan.

Reeder menuturkan bahwa ini mungkin memerlukan pemikiran baru tentang metodologi untuk mengatasi pendekatan kontekstual yang lebih holistik ini dan memberikan bukti yang cukup konklusif serta kuat untuk mengarah pada rekomendasi kebijakan.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi telah berulang kali mempromosikan manfaat yoga bagi kesehatan, memujinya sebagai 'obat mujarab' untuk menghilangkan stres dan meredam emosi.

KTT yang akan menjadi acara tahunan ini mengikuti pembukaan Pusat Pengobatan Tradisional Global WHO pada tahun lalu yang juga digelar di negara bagian Gujarat, India.

Kurangnya pengawasan regulasi

Saat obat-obatan tradisional digunakan secara luas di beberapa bagian dunia, pada saat yang sama obat-obatan ini juga menghadapi kritik keras.

WHO mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai pengetahuan, keterampilan dan praktik yang digunakan dari waktu ke waktu untuk menjaga kesehatan serta mencegah, mendiagnosis dan mengobati penyakit fisik maupun mental.

Namun saat ini banyak perawatan tradisional yang tidak memiliki nilai ilmiah yang terbukti.

Penggunaan pengobatan rumahan melonjak selama pandemi virus corona (Covid-19), termasuk minuman herbal hijau berbahan dasar Artemisia yang dipromosikan oleh Presiden Madagaskar sebagai obat.

Baca juga: WHO: Pemanis Buatan Aspartam Miliki Kemungkinan Memicu Kanker, Ini Batasan Aman Pemakaian

Tanaman ini memiliki khasiat yang terbukti dalam pengobatan malaria, namun penggunaannya untuk memerangi Covid-19 banyak dipertanyakan oleh banyak dokter.

Di China, pengobatan tradisional memiliki sejarah yang luar biasa, namun badan medis top Eropa sebelumnya menuntut agar pengobatan ini tunduk pada pengawasan peraturan yang sama seperti metode konvensional Barat.

Dari 194 negara anggota WHO, 170 negara mengakui penggunaan obat tradisional dan komplementer sejak 2018.

Namun hanya 124 yang dilaporkan memiliki Undang-undang (UU) atau peraturan untuk penggunaan obat herbal.

Sementara hanya setengahnya yang memiliki kebijakan nasional tentang metode dan obat tersebut.

"Alami tidak selalu berarti aman, dan penggunaan selama berabad-abad bukanlah jaminan kemanjuran. Oleh karena itu, metode dan proses ilmiah harus diterapkan untuk memberikan bukti kuat yang diperlukan," kata WHO.

Menurut WHO, sekitar 40 persen dari produk farmasi yang disetujui dan saat ini digunakan di dunia berasal dari 'bahan dasar alami'.

Hal ini mengutip 'obat penting' yang berasal dari obat tradisional, termasuk aspirin yang diformulasikan menggunakan kulit pohon willow.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas