Yevgeny Prigozhin Tewas Tapi Musuh Vladimir Putin Bertumbuh Seribu di Elite Patriot Turbo Rusia
Prigozhin yang tewas justru tumbuh seribu dalam kaum elite dominan Rusia yang mendesak agar perang dijalankan secara penuh dan terbuka.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Hanya tiga hari sebelum kecelakaan pesawat Prigozhin, Bloomberg melaporkan bahwa beberapa anggota badan intelijen Rusia meminta Putin untuk memecat Shoigu dan Gerasimov.
Mereka juga ingin Putin beralih ke pendekatan peperangan yang lebih agresif, melancarkan mobilisasi skala penuh, dan mengumumkan darurat militer.
Terlebih lagi, ini bukan hanya tentang elite Rusia.
Ada juga kelompok penting dalam masyarakat Rusia yang dapat dianggap sebagai pendukung total, militerisasi, dan “nasionalisasi” para elite (yang jumlahnya tidak sedikit bahkan cukup signifikan).
Secara khusus, jajak pendapat yang dilakukan oleh Russian Field menunjukkan bahwa 20 persen responden Rusia bersimpati kepada Prigozhin bahkan setelah pemberontakannya gagal.
Selain itu, menurut survei Chronicles, 22 persen responden jajak pendapat di Rusia dapat dikategorikan sebagai pendukung inti kebijakan perang secara penuh.
Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya mengatakan bahwa mereka mendukung “operasi militer khusus”, namun juga percaya bahwa penarikan pasukan dari Ukraina harus dilakukan hanya setelah tujuan perang tercapai.
Mereka juga percaya bahwa pengeluaran pemerintah harus memprioritaskan tentara.
Orang-orang inilah yang mungkin paling menerima retorika gaya Prigozhin dan Girkin tentang militerisasi total masyarakat Rusia.
Namun, Putin tidak melakukan upaya sungguh-sungguh untuk memenangkan kembali apa yang disebut sebagai “kelompok patriot turbo”.
Sebaliknya, dia berusaha meredam suara-suara paling keras dari kubu mereka.
Dalam konteks ini, tidak begitu penting apakah Prigozhin benar-benar tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut.
Selain itu, tidak terlalu signifikan apakah hal ini memang diatur oleh Putin.
Hal yang penting adalah peristiwa tersebut kemungkinan besar akan dianggap sebagai balas dendam Putin terhadap Prigozhin.