Beri Tank Abrams Tua, Amerika Serikat Kirim Limbah Nuklir ke Ukraina, Apa Itu Depleted Uranium?
Depleted Uranium digunakan untuk melapisi peluru hingga bisa menembus baja, atau melapis tank-tank Ukraina untuk melawan Rusia.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Beri Tank Abrams Tua, Amerika Serikat Kirim Limbah Nuklir ke Ukraina, Apa Itu Depleted Uranium?
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dilaporkan akan menjadi negara kedua setelah Inggris yang memberi lampu hijau pada pengiriman cangkang uranium yang sudah habis (depleted uranium/DU) ke Ukraina.
Menurut Reuters, pengiriman DU itu diiringi kekhawatiran kalau limbah nuklir itu bisa menimbulkan dampak negatif yang dramatis terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
DU tersebut ditujukan untuk perbaikan dan modifikasi tank Abrams AS, yang pengiriman pertamanya diperkirakan akan tiba di Ukraina dalam beberapa minggu mendatang.
Baca juga: 200 Tentara Kiev Selesaikan Pelatihan, AS Kirim Puluhan Tank Tua Abrams M1A1 ke Ukraina
Menurut beberapa pejabat AS yang tidak disebutkan namanya dan sebuah dokumen yang dikutip oleh Reuters pada Sabtu (2/2/2023), cangkang uranium yang habis tersebut akan menjadi bagian dari sumbangan tambahan senjata bernilai jutaan dolar yang diperkirakan akan diumumkan AS minggu depan.
Rencana pengiriman DU ini menyusul tindakan kontroversial lainnya oleh AS yang juga berencana memasok munisi tandan (cluster bom) ke Ukraina. Ini bahkan dikritik oleh beberapa sekutu terdekat Washington.
Jika Gedung Putih menyetujui pengiriman DU ke Ukraina, hal ini akan mengikuti langkah Inggris yang sebelumnya mengumumkan pengiriman serupa pada Maret lalu.
Keputusan Inggris menimbulkan kemarahan di Moskow.
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan pengiriman tersebut akan membawa “eskalasi ini ke tahap baru dan sangat serius.”
Kedutaan Besar Rusia di London menuduh AS dan sekutunya bersedia mengubah Ukraina “tidak hanya menjadi tempat latihan militer anti-Rusia, tetapi juga tempat pembuangan radioaktif.”
"Ketika bom beracun pertama kali muncul di Ukraina, Moskow memperingatkan bahwa Inggris akan “bertanggung jawab” atas kerugian yang tidak dapat diperbaiki yang menimpa warga sipil dan tentara," katanya saat itu.
Namun, para pejabat Inggris dan AS membantah bahaya kesehatan terkait dengan DU.
AS dan Inggris dilaporkan juga menolak penelitian yang menunjukkan bahwa senjata tersebut terkait dengan lonjakan penyakit kanker dan cacat lahir di Irak, lokasi di mana pertama kali DU digunakan untuk memperkuat lapisan peluru dan kendaraan lapis baja.
Setelah tindakan Inggris tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Moskow akan merespons dengan menempatkan senjata nuklir taktis di negara tetangga Belarusia.