Pemimpin Chechnya Ancam Balas Dendam ke AS Gegara Sanksi Ibunda Tersayang
Ramzan Kadyrov, memperingatkan Amerika Serikat kalau mereka akan menghadapi pembalasan jika tidak mencabut sanksi yang dijatuhkan terhadap ibunya
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pemimpin Chechnya Ancam Balas Dendam ke AS Gegara Sanksi Ibunya
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Republik Chechnya, Federasi Rusia, Ramzan Kadyrov, memperingatkan Amerika Serikat kalau mereka akan menghadapi pembalasan jika tidak mencabut sanksi yang dijatuhkan terhadap ibu Kadyrov.
Washington memberlakukan sanksi berupa pembatasan keuangan dan larangan perjalanan terhadap Aymani Kadyrova dan beberapa individu serta entitas lain terkait Rusia pada 24 Agustus, hari ketika Ukraina merayakan Hari Kemerdekaannya.
Ibu Kadyrov dijatuhi sanksi karena dia adalah kepala Yayasan Akhmat Kadyrov, yang diklaim AS terlibat dalam “cuci otak” anak-anak Ukraina yang dievakuasi Rusia dari zona perang.
Baca juga: Barat Jor-joran Senjata ke Ukraina, Rusia: Rudal Balistik Antar-Benua Sarmat RS-28 Siap Tempur
Dalam sebuah unggahan di Telegram pada Kamis (31/8/2023), Kadyrov, yang juga masuk dalam daftar hitam AS dan Uni Eropa, mengatakan bahwa sanksi terhadap "ibundanya tersayang” sangat mengejutkan bahkan bagi dia yang sudah terbiasa dengan “sanksi yang tidak logis” dari keputusan AS dan Barat.
“Seluruh dunia tahu bahwa dia hanya terlibat dalam kegiatan amal,” katanya.
"Aymani Kadyrova hanya diberi sanksi karena dia adalah ibu saya," klaim Kadyrov.
"Karena itu, keputusan Amerika hanya dapat dipandang sebagai pengabaian yang disengaja dan sinis terhadap semua norma etika,” kata Kadyrov.
Namun, Kadyrov bersikeras bahwa sanksi tersebut tidak berefek apapun bagi Rusia dan negara-negara federasinya.
Kadyrov menyatakan, sanksi yang diterapkan oleh Washington hanya “untuk menghibur negara itu sendiri.”
“Kami akan terus menghancurkan geng-geng NATO-Ukraina. Jika perlu, kita bisa sampai ke Elbe seperti yang dilakukan Visaitov pada masa perang melawan Nazi,” kata Kadyrov.
Sosok yang Kadyrov maksud adalah Movlid Visaitov, seorang kolonel Chechnya dari Tentara Merah selama Perang Dunia II yang merupakan komandan Soviet pertama yang berjabat tangan dengan Amerika pada pertemuan bersejarah di Sungai Elbe di Jerman pada tanggal 25 April 1945.
“Departemen Luar Negeri AS merasa terlalu nyaman, sambil mendorong rakyat Ukraina sampai mati dan bersembunyi di balik demokrasi pelangi. Kekotoran Amerika ini harus dihancurkan,” kata Kadyrov.
Pemimpin Chechnya meminta Washington untuk “segera” mencabut sanksi terhadap ibunya.
“Kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu untuk ini. Saya siap melakukan apa pun,” kata dia memperingatkan.