Populer Internasional: Putin Dukung Donald Trump di Pilpres 2024 - Mengenal Amunisi Depleted Uranium
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya dukungan Putin untuk Donald Trump di Pilpres AS 2024.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Hujan badai terjadi di Yunani, Turki, dan Bulgaria, menyebabkan setidaknya 14 orang tewas.
Menjelang Pemilihan Presiden AS 2024, seorang pejabat AS menyebut Vladimir Putin mendukung Donald Trump agar menang.
Mengenai perang di Ukraina, AS berencana mengirim bantuan amunisi depleted uranium.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. 14 Orang Tewas Akibat Hujan Badai di Yunani, Turki, dan Bulgaria
Baca juga: Badai Dahsyat di Brasil, 21 Orang Tewas dan 1.600 Orang Mengungsi
Jumlah korban tewas akibat hujan badai dahsyat yang melanda sebagian Yunani, Turki, dan Bulgaria meningkat menjadi 14 orang pada Rabu (6/9/2023), setelah tim penyelamat di tiga negara yang bertetangga melaporkan menemukan tujuh jenazah lagi.
Badai tersebut diberi nama Daniel oleh ahli meteorologi Yunani, dikutip dari Al Jazeera.
Badai Daniel telah menerjang wilayah tersebut sejak Senin (4/9/2023) dan berdampak pada wilayah Magnesia di Yunani tengah dan ibu kotanya, Volos, 300 km dari utara Athena.
Hujan deras terjadi setelah berminggu-minggu kebakaran hutan yang menghancurkan di Yunani.
“Ini adalah fenomena ekstrem,” kata Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis.
Sebelumnya, kebakaran besar yang terjadi selama dua minggu terakhir menghancurkan sebagian besar taman nasional Dadia di wilayah utara Evros.
2. Pejabat AS: Putin Berharap Donald Trump Menang Pilpres 2024 dan Bantu Rusia
Sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) semakin khawatir Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggantungkan harapannya pada Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024.
Pejabat itu yakin, jika Donald Trump menang Pilpres AS 2024 maka bantuan untuk Ukraina akan berkurang.
Donald Trump telah berjanji untuk segera mengakhiri perang di Ukraina jika terpilih kembali.
Ia mengancam akan menghentikan bantuan militer dan meyakinkan Ukraina untuk mengorbankan wilayah di timur kepada Rusia, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh Ukraina.
Pada Rabu (6/9/2023), para pejabat Barat menegaskan, serangan balasan Ukraina lebih lambat dari yang diperkirakan, namun pasukan Rusia berhasil dipukul mundur.
"Saya pikir kemajuannya lebih lambat dibandingkan yang kami perkirakan beberapa bulan lalu. Itu bukan kritik terhadap Ukraina," kata pejabat AS kepada Daily Express US.
“Jika kita terobsesi dengan berapa ratus meter yang telah dicapai Ukraina hari ini, hal itu akan menjadi ukuran perang besar yang menantang keamanan Euro-Atlantik," lanjutnya.
Menurutnya, kegagalan ini merupakan kegagalan besar bagi Rusia karena telah gagal mencapai semua tujuan strategis dan tujuan militernya yang lebih luas.
3. Kesalahan Terjemahan, Turki Tak Sengaja 'Nyatakan Perang' Terhadap Rusia Langsung di Depan Putin
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampaknya secara tidak sengaja menyatakan perang terhadap Rusia karena kesalahan terjemahan saat bertemu dengan Vladimir Putin, metro.co.uk melaporkan.
“Ada perang antara Rusia dan Turki,” kata penerjemah Turki-Rusia itu pada pertemuan kedua pemimpin itu di Sochi, Rusia, pada Senin (4/9/2023).
Turki adalah negara anggota NATO, dan jika benar, deklarasi tersebut akan menjerumuskan seluruh dunia ke dalam perang.
Namun Putin, yang berada di sana untuk membahas kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam, tampak tidak terkejut dengan kesalahan penerjemahan itu.
Tidak jelas apakah penerjemah laki-laki tersebut adalah orang Rusia atau Turki.
Namun catatan resmi pertemuan tersebut menunjukkan bahwa penerjemahlah yang melakukan kesalahan, bukan Erdogan.
“Situasi terkini antara Ukraina dan Rusia. Ini adalah latar belakang kunjungan ini,” kata Presiden Turki kepada Putin dalam pidato pembukaannya.
"Dan undangan Anda – kami senang telah menerima undangan ini."
"Delegasi saya senang menerima undangan ini."
4. Mengenal Depleted Uranium, Amunisi yang Bakal Dikirimkan AS ke Ukraina dan Dapat Kecaman dari Rusia
Amerika Serikat pada Rabu (6/9/2023) menyetujui untuk mengirimkan amunisi depleted uranium ke Ukraina.
Sebelumnya, Inggris lebih dahulu mengirimkan amunisi kontroversial tersebut untuk membantu Kyiv menerobos garis pertahanan Rusia dalam serangan balasan.
Rencananya, amunisi depleted uranium ini akan dikirimkan AS ke Ukraina pada musim gugur ini.
Amunisi depleted uranium berukuran 120 mm ini dapat digunakan untuk mempersenjatai 31 tank M1A1 Abrams.
AS mengembangkan amunisi depleted uranium selama Perang Dingin untuk menghancurkan tank-tank Uni Soviet, seperti T-72 yang sama dihadapi Ukraina saat ini.
Lantas, apa itu depleted uranium?
Mengutip European Commission, depleted uranium adalah logam padat yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium alam untuk bahan bakar nuklir.
(Tribunnews.com)