Gempa Maroko: Hampir 2.500 orang tewas, banyak korban terjebak di bawah reruntuhan
Maroko berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan akibat gempa, Jumat (08/09), ketika upaya…
Maroko berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan akibat gempa pada Jumat (08/09), ketika upaya penyelamatan darurat berjuang memasok bantuan ke daerah-daerah terpencil.
Penduduk desa terus menggali dengan tangan dan sekop untuk menemukan korban yang selamat, sementara tim penolong kesulitan membawa peralatan berat.
Peralatan seperti itu juga diperlukan untuk menyiapkan kuburan bagi ribuan orang yang meninggal akibat gempa tersebut.
Warga "tidak punya apa-apa lagi," kata seorang penduduk desa kepada BBC. "Warga kelaparan. Anak-anak butuh air. Mereka butuh bantuan."
Gempa pada hari Jumat, yang merupakan gempa paling mematikan di negara itu dalam 60 tahun terakhir, melanda beberapa desa di kawasan pegunungan terpencil di selatan Marrakesh.
Pada Senin (11/09), Kementerian Dalam Negeri Maroko melaporkan bahwa sedikitnya 2.497 orang tewas dan 2.476 lainnya mengalami luka-luka.
Jumlah tersebut meningkat dari sebelumnya, yaitu 2.122 orang tewas dan lebih dari 2.421 orang terluka.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter meluluhlantakkan rumah-rumah, memblokir jalan-jalan dan mengguncang bangunan-bangunan hingga ke pesisir utara negara itu.
Kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia Unesco, mengalami kerusakan.
Raja Maroko Mohammed VI telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional pada Sabtu, karena dampak dari gempa tersebut.
Unit perlindungan sipil dikerahkan untuk meningkatkan stok bank darah, air, makanan, tenda dan selimut, kata istana.
Namun mereka mengakui bahwa beberapa daerah yang terkena dampak paling parah sangatlah terpencil.
Sehingga, tidak mungkin menjangkau mereka beberapa jam setelah gempa - periode paling krusial bagi banyak korban luka-luka.