Banjir di Libya, 2.000 Orang Tewas setelah 2 Bendungan Jebol di Kota Derna
Banjir di Libya menewaskan 2.000 orang setelah 2 bendungan jebol di Kota Derna, menyusul badai Daniel yang menghantam Yunani dan Libya.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Dua bendungan yang jebol di Kota Derna, Libya, menewaskan lebih dari 2.000 orang dan 6.000 lainnya hilang, menyusul badai Daniel yang menghantam Yunani dan Libya, Senin (11/9/2023).
Aliran air sungai dari kedua bendungan itu menyapu kawasan pemukiman di sepanjang sungai yang mengalir dari pegunungan melalui pusat kota.
Bangunan apartemen bertingkat yang dulunya terletak jauh dari sungai kini sebagian ambruk ke dalam lumpur.
Juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA), Ahmed Mismari, yang menguasai Libya timur, mengatakan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi bencana itu terjadi setelah bendungan di atas Derna runtuh, menyapu seluruh lingkungan dengan penduduknya ke laut.
Mismari menyebutkan jumlah orang hilang sebanyak 5.000-6.000 orang.
Sebelumnya pada Senin (11/9/2023), kepala kelompok bantuan Bulan Sabit Merah di Libra mengatakan jumlah korban tewas di Derna mencapai 150 orang dan diperkirakan akan mencapai 250 orang.
Reuters tidak dapat segera memverifikasi angka tersebut.
Baca juga: Badai Daniel Tewaskan 150 Orang di Libya, Keadaan Darurat Ekstrem Diumumkan
Korban Tewas di Kota Lain
Selain Kota Derna, sejumlah kota di Libya juga mengalami banjir yang merenggut korban jiwa.
"Setidaknya 46 orang dilaporkan tewas di kota Bayda di bagian timur," kata Abdel-Rahim Mazek, kepala pusat medis utama kota itu.
Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota pesisir Susa di timur laut Libya, menurut Otoritas Ambulans dan Darurat.
"Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota Shahatt dan Omar al-Mokhtar," kata Ossama Abduljaleel, Menteri Kesehatan Libya, seperti diberitakan AP News.
Satu orang dilaporkan tewas pada Minggu (10/9/2023) di kota Marj.
Bulan Sabit Merah Libya mengatakan tiga pekerjanya meninggal saat membantu keluarga di Derna.
Baca juga: Pemimpin Baru Grup Wagner di Belarusia Ternyata Orang Ukraina, Pernah Dikirim ke Suriah dan Libya
Kepala pemerintahan Libya di wilayah timur, Osama Hamad, mengatakan kepada televisi lokal lebih dari 2.000 orang tewas dan ribuan lainnya hilang.
Setelah menghantam Yunani pekan lalu, Badai Daniel menyapu Mediterania pada Minggu (10/9/2023), membanjiri jalan-jalan dan menghancurkan bangunan-bangunan di Derna, dan menghantam permukiman lain di sepanjang pantai, termasuk kota Benghazi terbesar kedua di Libya.
Baca juga: Polisi Tunisia Tinggalkan Puluhan Migran di Gurun, Pria Migran: Kami akan Dibuang ke Libya
Libya secara politik terbagi antara timur dan barat dan layanan publik telah hancur sejak pemberontakan yang didukung NATO pada tahun 2011 yang memicu konflik bertahun-tahun.
Pemerintahan yang diakui secara internasional di Tripoli tidak menguasai wilayah timur.
Di Tripoli, Dewan Kepresidenan yang beranggotakan tiga orang dan berfungsi sebagai kepala negara di negara yang terpecah belah tersebut meminta bantuan komunitas internasional.
“Kami menyerukan negara-negara persaudaraan dan sahabat serta organisasi internasional untuk memberikan bantuan,” katanya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Libya