Presiden Korea Selatan Peringatkan Kerja Sama Rusia-Korea Utara: Dunia akan Beri Respons
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengatakan dunia internasional akan memberikan respons terhadap kerja sama Rusia dengan Korea Utara.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, mengatakan dunia internasional akan memberikan respons terhadap kerja sama Rusia dengan Korea Utara.
Dilansir ABC News, Yoon Suk Yeol berencana mengangkat masalah ini kepada para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB.
Kekhawatiran mengenai hubungan Rusia-Korea Utara telah berkobar sejak pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, melakukan perjalanan ke Rusia.
Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan mengunjungi sejumlah pangkalan militer dan teknologi milik Rusia.
Baca juga: Rusia Tunjukkan Persenjataan Nuklir Mutakhir yang Bikin Wajah Kim Jong Un Jadi Serius
Para analis berspekulasi bahwa Kim dapat membantu Rusia yang amunisi militernya terkuras dalam perang 18 bulan dengan Ukraina.
Sebagai imbalan, Korea Utara akan memperoleh bantuan ekonomi dan teknologi untuk memodernisasi sistem persenjataannya.
“Kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia adalah ilegal dan tidak adil karena bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan berbagai sanksi internasional lainnya,” kata Presiden Korea Selatan dikutip dari ABC News.
“Komunitas internasional akan bersatu lebih erat dalam menanggapi langkah tersebut,” tuturnya.
Meskipun kerja sama Rusia-Korea Utara dikhawatirkan akan memicu upaya perang Rusia di Ukraina, hal ini juga memicu kegelisahan keamanan di Korea Selatan.
Banyak orang berpikir bahwa transfer teknologi senjata canggih Rusia akan membantu Korea Utara memperoleh satelit mata-mata, kapal selam bertenaga nuklir, dan rudal yang lebih kuat.
Namun, beberapa ahli masih mengatakan Korea Utara pada akhirnya akan menerima makanan dan uang tunai sebagai imbalan atas pasokan amunisi dan peluru karena Rusia sangat menjaga senjata berteknologi tinggi yang dimilikinya.
Kemajuan persenjataan nuklir Korea Utara telah menjadi sumber utama ketegangan di kawasan ini.
Korea Utara secara terbuka mengancam akan menggunakan senjata nuklir dalam potensi konflik dengan negara-negara pesaingnya dan melakukan serangkaian uji coba rudal sejak tahun lalu.
Sebagai tanggapan, Yoon dan Presiden AS Joe Biden pada bulan April sepakat untuk memperluas latihan militer bersama, meningkatkan pengerahan sementara aset-aset strategis AS, dan meluncurkan kelompok konsultasi nuklir bilateral.