Azerbaijan Klaim Kemenangan setelah Separatis Armenia yang Kuasai Karabakh Menyerah
Azerbaijan mengklaim kemenangan atas wilayah Nagorno-Karabakh yang diperebutkan, setelah pasukan separatis Armenia bersedia untuk menyerah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan pada hari Rabu (20/9/2023) bahwa negaranya telah mendapatkan kembali kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh, setelah pejuang separatis Armenia setuju untuk meletakkan senjata mereka.
Mengutip ndtv.com, runtuhnya perlawanan separatis Armenia merupakan kemenangan besar bagi Aliyev dalam upayanya untuk mengembalikan Nagorno-Karabakh yang diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan.
Armenia dan Azerbaijan telah dua kali berperang memperebutkan wilayah pegunungan tersebut sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Sehari setelah melancarkan operasi militer di wilayah tersebut, Azerbaijan dan otoritas etnis Armenia di Karabakh mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, Rabu (20/9/2023).
Gencatan senjata tersebut, ditengahi oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia untuk menghentikan pertempuran.
“Azerbaijan memulihkan kedaulatannya sebagai hasil dari operasi anti-teroris di Karabakh,” kata Aliyev dalam pidato yang disiarkan televisi.
Baca juga: Nagorno-Karabakh: Azerbaijan klaim kedaulatan setelah 24 jam operasi militer
Aliyev mengklaim sebagian besar pasukan Armenia di wilayah tersebut telah dihancurkan dan penarikan pasukan separatis telah dimulai.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, kelompok separatis mengatakan mereka setuju untuk membubarkan seluruh pasukan mereka dan Armenia akan menarik semua pasukan yang mereka miliki di wilayah tersebut.
Kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan, bahwa semua senjata dan persenjataan berat harus diserahkan di bawah pengawasan pasukan penjaga perdamaian Rusia yang berkekuatan 2.000 orang di lapangan.
Kedua belah pihak mengatakan, pembicaraan mengenai reintegrasi wilayah yang memisahkan diri ke wilayah Azerbaijan lainnya akan diadakan pada hari Kamis di kota Yevlakh, Azerbaijan.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia mengatakan pada Rabu malam, bahwa gencatan senjata tetap berlaku dan tidak ada pelanggaran yang tercatat.
Operasi Azerbaijan kali ini menandai konflik terbaru di wilayah yang diperebutkan itu.
Setelah Uni Soviet runtuh, kelompok separatis Armenia merebut wilayah Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada awal tahun 1990-an.
120.000 etnis Armenia tinggal di sana.
Perang saat itu menyebabkan 30.000 orang tewas dan membuat ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Kemudian dalam perang yang berlangsung selama enam minggu pada tahun 2020, Azerbaijan merebut kembali sebagian besar wilayah di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh.
Baca juga: Etnis Armenia dan Azerbaijan Sepakati Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh yang Ditengahi Rusia
Penasihat kebijakan luar negeri kepresidenan Azerbaijan, Hikmet Hajiyev menjanjikan jalur yang aman bagi kelompok separatis yang menyerah.
Ia mengatakan Baku mengupayakan “reintegrasi secara damai” warga Armenia Karabakh.
Charles Michel, presiden Dewan Eropa Uni Eropa, mendesak Azerbaijan untuk menjamin keselamatan penduduk setempat.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia mengharapkan resolusi damai, dan menambahkan bahwa Moskow telah melakukan kontak dengan semua pihak dalam konflik tersebut.
Putin mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan pada Rabu (20/9/2023) malam, namun Kremlin bersikeras bahwa krisis tersebut adalah "urusan dalam negeri Azerbaijan".
Perang Sudah Berakhir
Penduduk ibu kota Azerbaijan bergembira karena kesepakatan kali ini menandai kemenangan dan berakhirnya perang.
"Saya sangat senang dengan berita ini. Akhirnya, perang berakhir," kata Rana Ahmedova, seorang pensiunan berusia 67 tahun, kepada AFP.
Armenia mengatakan, sedikitnya 32 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka akibat penembakan di Karabakh.
Serangan terbaru dari Azerbaijan melibatkan artileri, pesawat, dan drone yang menggempur wilayah tersebut.
Baca juga: Armenia Minta AS Campur Tangan Hadapi Peperangan dengan Azerbaijan
Rusia mengatakan beberapa penjaga perdamaiannya di Karabakh tewas ketika mobil yang mereka tumpangi diserang.
Di Yerevan, ibu kota Armenia, Presiden Pashinyan mengatakan gencatan senjata adalah hal yang “sangat penting”.
Protes di Armenia
Kekalahan Armenia di Karabakh meningkatkan tekanan domestik terhadap Pashinyan.
Pashinyan menghadapi kritik pedas di dalam negeri karena memberikan konsesi kepada Azerbaijan sejak kekalahannya pada tahun 2020.
Ia bersikeras bahwa pemerintahnya tidak terlibat dalam penyusunan perjanjian gencatan senjata terbaru kali ini.
Ribuan pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera wilayah separatis memblokir jalan utama di Yerevan, ketika polisi antihuru-hara melindungi gedung-gedung resmi.
“Kami kehilangan tanah air kami, kami kehilangan rakyat kami,” kata Sargis Hayats, seorang musisi berusia 20 tahun.
"Pashinyan harus pergi, waktu telah menunjukkan bahwa dia tidak bisa memerintah. Tidak ada yang memberinya mandat agar Karabakh menyerah,” katanya.
Tekanan Internasional
Baca juga: Populer Internasional: Armenia dan Azerbaijan Gencatan Senjata - Sosok Pemimpin Sikh yang Dibunuh
Pengumuman gencatan senjata muncul setelah Aliyev memperingatkan operasi militer akan terus berlanjut sampai kelompok separatis Armenia meletakkan senjata mereka, meskipun ada tekanan internasional untuk menghentikan pertempuran.
Pecahnya pertempuran terjadi ketika Rusia, yang merupakan perantara kekuasaan di wilayah tersebut, terjebak dan terganggu oleh perangnya terhadap Ukraina.
Namun pasukan penjaga perdamaian Rusia di sana tampaknya memainkan peran penting dalam membantu merundingkan gencatan senjata dan sekarang akan mengawasi pelaksanaannya.
Di sisi lain, Turki menyebut operasi Azerbaijan itu "dibenarkan."
Turki adalah sekutu bersejarah Azerbaijan yang mayoritas penduduknya sama-sama Muslim.
Turki memandang Armenia, yang sebagian besar beragama Kristen, sebagai salah satu saingan regional utamanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.