Menlu Rusia Berikan Sindiran Keras ke Barat di Majelis Umum PBB: Mereka Kerajaan Kebohongan
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov memberikan sindirian keras kepada Barat di Majelis Umum PBB. Sebut AS dan sekutunya adalah kerajaan kebohonga
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov tampak sangat vokal saat menghadiri Majelis Umum PBB ke-78.
Sergei Lavrov mengatakan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa adalah "kerajaan kebohongan".
Barat, kata Lavrov, telah terbiasa meremehkan negara lain dengan membuat perjanjian dan melakukan komitmen.
Padahal, lanjutnya, perjanjian dan komitmen yang dibuat Barat sering kali tidak dipenuhi mereka.
"Amerika dan Eropa, yang terbiasa meremehkan negara lain, sangat ingin membuat janji dan melakukan komitmen, termasuk komitmen tertulis dan mengikat secara hukum, namun enggan untuk memenuhinya," kata Lavrov, dikutip dari TASS.
"Seperti yang dikatakan Presiden Rusia Vladimir Putin, Barat benar-benar sebuah 'kerajaan kebohongan'," tegasnya.
Baca juga: Sevastopol Dikurung Rudal Ukraina, Eks-Perwira CIA Ingatkan AS Soal Pembalasan Rusia
Lavrov bahkan menyebut "mayoritas global" yang mendukung Kyiv dalam perang melawan Rusia, telah ditipu oleh negara-negara Barat.
"AS dan kolektif bawahannya terus mengobarkan konflik yang secara artifisial memecah umat manusia menjadi blok-blok yang saling bermusuhan dan menghambat pencapaian tujuan secara keseluruhan," ujarnya dikutip dari Al Jazeera.
"Mereka mencoba memaksa dunia untuk bermain sesuai aturan mereka yang egois," katanya.
Selama konferensi pers setelah pidatonya, Lavrov menolak proposal 10 poin yang diajukan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, serta proposal terbaru PBB untuk menghidupkan kembali inisiatif biji-bijian Laut Hitam.
"Ini sama sekali tidak mungkin dilakukan," kata Lavrov mengenai cetak biru perdamaian yang dipromosikan oleh Kyiv.
Baca juga: Resimen Elite Airborne Rusia Sudah 3 Kali Kehilangan Komandan: 2 Tewas, 1 Mundur, Tanda-Tanda Apa?
"Hal ini tidak mungkin dilaksanakan. Ini tidak realistis dan semua orang memahami hal ini, namun pada saat yang sama, mereka mengatakan ini adalah satu-satunya dasar untuk negosiasi," lanjutnya.
Dia juga mengatakan proposal PBB tidak akan berhasil karena Barat tidak memenuhi janjinya kepada Moskow, termasuk menghapus sanksi terhadap bank Rusia dan menghubungkannya kembali ke sistem SWIFT global.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu gangguan perdagangan dan kenaikan harga internasional yang signifikan di bidang energi, komoditas pertanian, serta pupuk.
Lavrov menyalahkan Barat atas krisis pasar pangan dan energi, yang menerapkan "tindakan koersif unilateral" – atau sanksi – terhadap negara-negara yang lebih lemah.
AS "Berperang Langsung" dengan Moskow
Baca juga: Perang Brutal di Klishchiivka, Satu Regu Tentara Ukraina Tewas, Tentara Rusia Duduk di Dekat Jenazah
Dalam Majelis Umum PBB tersebut, Lavrov juga mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah "berperang secara langsung" dengan Moskow.
Ketika ditanya wartawan mengenai pernyataannya, Lavrov menjelaskan apa yang ia maksud dengan berperang langsung.
Dikutip dari CNN, menurut Lavrov, dengan Barat mengirimkan senjata ke Ukraina, hal itu sama saja dengan "berperang langsung" dengan Moskow.
"Anda dapat menyebutnya apa pun yang Anda inginkan, tetapi mereka secara langsung berperang dengan kami."
"Kita bisa menyebut ini perang hibrida, tapi itu tidak mengubah kenyataan," kata Lavrov.
Baca juga: Sevastopol Kembali Dihajar Rudal, Jenderal Rusia Kritis Saat Markas Besar Armada Laut Hitam Hangus
Moskow sering menggambarkan invasinya ke Ukraina sebagai perjuangan melawan upaya kekuatan Barat untuk mendominasi panggung global.
Sekutu Kyiv dan badan-badan internasional menolak anggapan ini, dan mengatakan mereka membantu mempertahankan Ukraina dari invasi tak beralasan dan upaya merebut wilayah.
(Tribunnews.com/Whiesa)