Tanpa Senjata, Rusia Bikin Eropa Kelabakan: Harga Gas Fluktuatif, Inggris Tekor Rp 1.131 Triliun
Pasar gas di Eropa 'sangat fluktuatif' karena kurangnya pasokan dari Rusia. Inggris menjadi negara yang cukup tekor karena naiknya harga gas.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tanpa Senjata, Rusia Sudah Bikin Eropa Kelabakan: Harga Gas Fluktuatif, Inggris Tekor Rp 1.131 Triliun
TRIBUNNEWS.COM - Keputusan negara-negara Barat untuk mengembargo minyak dan gas Rusia atas aksi invasi ke Ukraina, kini menjadi bumerang.
Negara-negara di Eropa saat ini dilaporkan cenderung kelabakan untuk memenuhi kebutuhan gas sebagai sumber energi dalam negeri mereka karena terhentinya pasokan Rusia ke Eropa.
Alhasil, pasar gas di Eropa masih "sangat fluktuatif".
Hal itu diungkapkan Kepala Perusahaan Minyak dan Energi Italia, Eni Group, Claudio Descalzi, Rabu (27/9/2023).
Baca juga: NATO Bisa Puyeng, Rusia Galak Soal Minyak, Bidik Rp 1.841 T Saat Kurangi Diskon Minyak per Barel
Diketahui, Italia dan negara-negara lain di Eropa telah mencari sumber pasokan gas alternatif sebagai respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.
Berhentinya suplai gas bumi dari Rusia bahkan diakui menciptakan defisit besar bagi pemenuhan sumber energi negara di Eropa.
“Situasi energi, dengan Rusia yang menciptakan kesenjangan (pasokan) sebesar 150-160 miliar meter kubik gas, (pasar gas/harga) masih sangat fluktuatif,” kata Descalzi pada konferensi pers terkait kebutuhan energi di Milan, Italia, Rabu.
“Kami melihat masih terdapat fluktuasi harga” meskipun fasilitas penyimpanan gas di Eropa sudah terisi lebih dari 95 persen," kata dia menambahkan.
Perusahaan Rusia Gazprom, pemasok gas terkemuka ke Inggris dan Eropa, dituduh sebagai biang kerok tidak stabilnya pasar energi di Eropa.
Adapun Rusia menyetop suplai gas dan minyak mereka ke negara-negara Eropa, terkhusus bagi anggota NATO, sebagai respons sanksi ekonomi yang mereka hadapi.
Selain menyetop produksi, pada beberapa bagian, Gazprom juga menurunkan kapasitas produksi mereka, mengakibatkan lonjakan harga energi.
Inggris Tekor Rp 1.131 Triliun
Gejolak harga gas di pasar energi Eropa cukup dirasakan Inggris sebagai satu di antara negara Eropa yang memiliki ketergantungan besar pada gas sebagai sumber energi.
Hal ini dianggap sebagai faktor terbesar atas peningkatan biaya energi yang harus dikeluarkan Inggris pasca-invasi Rusia ke Ukraina.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Unit Intelijen Energi dan Iklim (ECIU) Inggris awal tahun ini menemukan bahwa tingginya harga gas grosir akibat invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan biaya tambahan sebesar 50 miliar poundsteling hingga 60 miliar poundsterling (setara Rp 1.131 triliun) bagi perusahaan pemasok energi Inggris.
Angka itu di luar,biaya tambahan yang biasanya sebesar 10 miliar poundsterling.
Pengeluaran itu mengindikasikan Inggris tekor dari biasanya 'hanya mengeluarkan sebesar 20 miliar poundsterling (setara Rp 376 triliun) pada tahun-tahun sebelum konflik Rusia dan Ukraina.
(oln/sky/*)