53 Ribu Penduduk Nagarno-Karabakh Kabur ke Armenia, Takut Penganiayaan dan Konflik Etnis
Lebih dari 53.000 orang, atau sekira 45 persen dari 120.000 populasi di Nagarno-Karabakh telah meninggalkan wilayah itu menuju Armenia.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Nagarno-Karabakh belum mereda.
Lebih dari 53.000 orang, atau sekitar 45 persen dari 120.000 populasi di Nagarno-Karabakh telah meninggalkan wilayah itu menuju Armenia pada Rabu (27/9/2023) malam, dikutip dari DW.
Orang-orang mengaku tidak ingin hidup sebagai bagian dari negara Azerbaijan dan akan berangkat ke Armenia karena takut akan mengalami penganiayaan dan konflik etnis.
Ratusan mobil dan bus yang penuh barang-barang terlihat memadati jalur pegunungan menuju Armenia.
Mereka mengantre untuk mendapatkan bahan bakar.
Perjalanan sejauh 77 kilometer ke perbatasan ditempuh setidaknya dalam waktu 30 jam.
Baca juga: Azerbaijan Tangkap Mantan Menteri Nagorno-Karabakh di Perbatasan Armenia
Pengungsi Armenia gelombang pertama telah meninggalkan Nagorno-Karabakh dengan dikawal oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia pada Minggu (24/9/2023) kemarin.
“Rekan-rekan senegaranya yang terhormat, kami ingin memberi tahu Anda bahwa, dengan didampingi oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia, keluarga-keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat operasi militer baru-baru ini dan menyatakan keinginan mereka untuk pergi akan dipindahkan ke Armenia,” bunyi pernyataan pemerintah Armenia.
“Pemerintah akan mengeluarkan informasi tentang relokasi kelompok penduduk lain dalam waktu dekat," lanjutnya.
Sebelumnya, para pejabat Nagorno-Karabakh mengatakan sedikitnya 200 orang tewas, termasuk 10 warga sipil, dan lebih dari 400 orang terluka dalam pertempuran tersebut.
Laporan dari Kementerian Kesehatan Azerbaijan menyebut total 192 tentara Azerbaijan tewas dan 511 luka-luka dalam serangan di Nagorno-Karabakh.
"Seorang warga sipil Azeri juga tewas dalam pertempuran itu," kata Kementerian Kesehatan Azerbaijan, Rabu (27/9/2023).
Serangan kilat Azerbaijan selama 24 jam yang melibatkan artileri berat, peluncur roket, dan drone, memaksa otoritas separatis setuju untuk meletakkan senjata dan melakukan pembicaraan mengenai “reintegrasi” Nagorno-Karabakh ke dalam Azerbaijan.
Baca juga: Ribuan Orang Armenia Melarikan Diri dari Karabakh, AS Minta Azerbaijan Lindungi Warga Sipil
Nagorno-Karabakh adalah wilayah otonom di Azerbaijan di bawah Uni Soviet, dikutip dari The Guardian.