Paus Fransiskus: Saya Terus Mengikuti dengan Rasa Sakit dan Ketakutan Perang Israel-Palestina
Paus juga menegaskan, bahwa terorisme dan ekstremisme tidak membantu mencapai solusi terhadap konflik antara Israel dan Palestina tetapi mengobarkan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pejabat Vatikan asal Indonesia, melaporkan pesan Paus Fransiskus saat Doa Angelus pada Minggu lalu (8/10/2023).
Pesan itu dilanjutkan Pemimpin Gereja Katolik Sedunia itu pada Audiensi Umum pada mum, yang baru saja usai pada Rabu (11/10/2023).
Dalam pesan melalui aplikasi chat, Padre Marco menuliskan, pada kesempatan doa Angelus hari Minggu, 8 Oktober 2023 lalu, satu hari setelah serangan tiba-tiba dari Hamas kepada Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang itu.
Paus mengatakan, Perang adalah kekalahan, selalu merupakan kekalahan.
“Saya mengikuti dengan penuh kekhawatiran dan rasa sakit apa yang terjadi di Israel, di mana kekerasan telah meledak dengan lebih dahsyat, menyebabkan ratusan kematian dan cedera. Tolong hentikan serangan senjata dan pahami bahwa terorisme dan perang tidak menghasilkan solusi apa pun, namun hanya menyebabkan kematian banyak orang yang tidak bersalah. Perang adalah sebuah kekalahan, selalu merupakan kekalahan. Mari kita berdoa untuk perdamaian di Israel dan Palestina," kata Sri Paus.
Lanjut Sri Paus hari ini, Rabu, 11 Oktober 2023, pada kesempatan audiensi umum menyampaikan, hak bagi mereka yang diserang terlebih dahulu untuk membela diri, namun sangat khawatir dengan pengepungan total yang dialami warga Palestina di Gaza, di mana juga terdapat banyak korban tak berdosa.
“Saya terus mengikuti dengan rasa sakit dan ketakutan apa yang terjadi di Israel dan Palestina. Banyak orang terbunuh dan terluka. Saya berdoa bagi keluarga-keluarga yang telah melihat hari perayaan diubah menjadi hari berkabung. Dan saya mohon agar para tawanan segera dibebaskan," sambungnya.
Paus juga menegaskan, bahwa terorisme dan ekstremisme tidak membantu mencapai solusi terhadap konflik antara Israel dan Palestina tetapi mengobarkan kebencian, kekerasan, balas dendam dan hanya membuat salah satu pihak menderita.
Ia pun menyerukan perdamaian bagi negeri yang tersiksa.
“Timur Tengah tidak membutuhkan perang, tetapi perdamaian; yakni perdamaian yang dibangun di atas keadilan, dialog dan keberanian persaudaraan," terang Paus.
Menurut Sri Paus, akar dari sebuah konflik adalah rasa tidak berterima kasih dan pikiran serakah.
Terutama, rasa tidak berterima kasih memicu keserakahan. Rasa tidak berterima kasih juga menghasilkan kekerasan.
Di lain pihak, sebuah ucapan terima kasih yang sederhana saja dapat membawa kedamaian.
Baca juga: Perang Palestina Vs Israel Pecah, Menlu Retno Minta Bantuan Filipina Evakuasi WNI di Israel
Intinya, Padre Marco Solo menandaskan, Paus Fransiskus mengikuti semuanya dengan perasaan khawatir dan rasa sakit hati yang luar biasa dan menyerukan agar peperangan segera dihentikan dan kedua belah pihak pun kembali berdamai.
Menurut Paus Fransiskus, peperangan adalah sebuah kekalahan manusia, mengapa orang harus terus berada di dalam situasi kekalahan?
Apakah tujuan hidup ini adalah meraih kekalahan sepanjang hidup?
"Kehendak dan ajakan Paus Fransiskus adalah juga kehendak dan keinginan kebanyakan dari kita semua dan mayoritas polulasi dunia ini. Janganlah kita terkungkung oleh pola pemikiran yang salah bahwa kekerasan adalah solusi terbaik dari berbagai jenis konflik. No! Hanya dialog, negosiasi dan pendekatan-pendekatan kekeluargaan, persahabatan dan pertemanan dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan tenang, tanpa unsur-unsur kekerasan. Jalur ini selalu akan bisa menciptakan perdamaian, kerukunan, penyembuhan dan rehabilitasi sejati dari relasi-relasi yang selama ini retak."
"Agama-agama dan hukum-hukum positip yang menyuarakan nilai-nilai di atas harus diolah dan digunakan seoptimal mungkin agar komunitas dunia ini kembali menikmati suasana kehidupan yang tenang, damai, tentram dan sejahtera. Dengan itu pembangunan akan bisa berjalan dengan semestinya. Kalau ujung-ujungnya kota hingga desa ibarat lautan api dengan pucuk-pucuk nyala setinggi gunung dan kemudian hanya meninggalkan kepingan-kepingan tembok, kapan kebahagiaan yang didambakan bisa tercapai? Setiap peperangan adalah awal kegagalan dan akan menciptakan generasi-generasi gagal."