Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Joe Biden: Pendudukan Israel di Jalur Gaza Adalah Kesalahan Besar

Perang kota yang akan dilakukan negara zionis ini bakalan menghancurkan tentara yahudi sendiri dan masyarakat Palestina yang tidak ikut-ikutan.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Joe Biden: Pendudukan Israel di Jalur Gaza Adalah Kesalahan Besar
YASSER QUDIH / AFP
Seorang pria Palestina menggunakan alat pemadam api untuk memadamkan api setelah serangan Israel, di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 14 Oktober 2023, saat pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas berlanjut selama delapan hari berturut-turut. 

TRIBUNNEWS.COM -- Amerika Serikat (AS) mengingatkan Israel bahwa pendudukan terhadap jalur Gaza menjadi sebuah kesalahan besar.

Perang kota yang akan dilakukan negara zionis ini bakalan menghancurkan tentara yahudi sendiri dan masyarakat Palestina yang tidak ikut-ikutan.

Dikutip dari Al Jazeera, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mendukung penciptaan koridor kemanusiaan bagi orang-orang di Gaza untuk keluar dan bantuan dapat disalurkan.

Baca juga: Hamas Puji Vladimir Putin yang Komentari Blokade Israel di Jalur Gaza

Sementara The New York Times mengutip sebuah wawancara Biden dengan sebuah televisi meminta Israel untuk tidak menginvasi jalur Gaza.

Ini menjadi upaya publik pertama Biden yang signifikan untuk menahan sekutu Amerika tersebut setelah serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.300 orang, termasuk setidaknya 29 orang Amerika.

Biden telah memberikan dukungan kuat kepada Israel sejak serangan 7 Oktober dan menolak mengkritik Israel atas serangan balasannya terhadap jalur Gaza, wilayah pesisir yang dikuasai Hamas, bahkan ketika para pejabat PBB telah memperingatkan akan adanya krisis kemanusiaan di sana. Namun dalam wawancara terbarunya, dia memperingatkan terhadap pendudukan besar-besaran di Gaza.

“Saya pikir itu akan menjadi kesalahan besar,” kata Biden kepada “60 Minutes” di CBS dalam percakapan yang direkam pada hari Kamis dan disiarkan pada Minggu malam.

Berita Rekomendasi

“Begini, yang terjadi di Gaza, menurut saya, adalah Hamas dan elemen ekstrim Hamas tidak mewakili seluruh rakyat Palestina. Dan saya pikir merupakan suatu kesalahan jika Israel menduduki Gaza lagi.” Namun “mengusir para ekstremis” di sana, tambahnya, “merupakan persyaratan yang perlu.”

Komentar presiden tersebut muncul ketika dia mempertimbangkan apakah akan mengunjungi Israel dalam beberapa hari mendatang untuk menunjukkan solidaritas terhadap Israel yang masih belum pulih dari serangan Hamas.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan undangan tersebut kepada presiden pada akhir pekan, menurut seorang pejabat pemerintah, membenarkan laporan di televisi Israel, namun Biden belum memutuskan apakah akan hadir saat ini.

Baca juga: Hamas: Israel Serang Konvoi Warga yang Mengungsi ke Luar dari Gaza

Dalam wawancara “60 Minutes”, Biden tidak secara eksplisit mengatakan apakah Israel harus mengirim pasukan darat ke Gaza untuk sementara.

Namun dia mendukung tujuan menghancurkan Hamas, sebuah organisasi yang perjanjian pendiriannya mencakup “membunuh orang Yahudi” dan memusnahkan Israel. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menetapkan Hamas sebagai kelompok teroris.

“Israel harus merespons,” kata Biden. “Mereka harus mengejar Hamas. Hamas adalah sekelompok pengecut. Mereka bersembunyi di balik warga sipil. Mereka menempatkan markas mereka di tempat warga sipil berada, di gedung-gedung dan sejenisnya.” Namun dia mengatakan dia yakin bahwa “Israel akan melakukan segala daya mereka untuk menghindari pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah.”

Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005, dan Hamas memenangkan pemilu tahun berikutnya. Kelompok ini mengambil kendali penuh atas daerah kantong tersebut dan mengusir para pemimpin Palestina yang lebih moderat seperti mereka yang menjalankan Otoritas Palestina di Tepi Barat.

Selama 18 tahun terakhir, Hamas dan rekan-rekannya yang lebih radikal dari waktu ke waktu melancarkan serangan terhadap Israel, yang memicu beberapa perang singkat. Pasukan Israel, yang memblokade Gaza, kembali memasuki wilayah tersebut pada tahun 2009 dan 2014 namun memilih untuk tidak tinggal dalam kedua kasus tersebut.

Serangan mematikan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023 memang telah mengubah skala konflik Hamas dengan Israel.

Sebanyak 1.300 penduduk Israel dan sejumlah warga negara asing tewas di berbagai lokasi yang diserbu dari darat, udara dan laut. Sekira 130 warga Israel ikut disandera di Gaza.

Ribuan orang lainnya terluka di berbagai permukiman dan kota-kota besar terdekat, seperti Sderot dan Askhelon.

Sebaliknya sejak serangan itu, Israel telah menewaskan sedikitnya 2.300 penduduk Gaza, termasuk sedikitnya 1.500 petempur Hamas.

Tak terhitung lagi kerusakan bangunan di Gaza akibat bombardemen Israel. Minimal 1,1 juta warga Gaza terancam kehilangan wilayah hunian selamanya.

Situasi di Gaza saat ini benar-benar kritis. Pasokan listrik, air, medis, dan bahan pangan serta akses warga Palestina telah dihentikan Israel.

Dua peristiwa ini, serangan Hamas dan aksi balasan Israel, kengeriannya belum pernah terlihat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.

Katastrofik kemanusiaan sudah di ambang mata. Satu-satunya jalan yang dianggap bisa menyelamatkan warga Gaza adalah membuka koridor ke Mesir.

Skema ini diam-diam dirundingkan pemerintah AS, Israel, Qatar, Mesir. Menlu AS Anthony Blinken berusaha melobi penguasa Kerajaan Saudi terkait opsi ini.

Blinken secara marathon melakukan reli pertemuan di Israel, Yordania, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Hasilnya belum diketahui.

Di sisi lain, Menlu Iran juga maraton ke Suriah, Lebanon, dan juga menemui pemimpin politik Hamas di Qatar.

Perang antara Israel dan Hamas serta warga Palestina lain, tidak bisa dihindari akan membuka konflik baru yang lebih kuat dan melebar ke Sebagian Timur Tengah.

Perlu usaha luar biasa untuk mencegah peperangan baru itu supaya tidak berakhir aksi bumihangus dan bahkan mengarah genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas