Para Pemimpin Arab-Eropa Terbelah Soal Gaza di KTT Mesir, Ungkit Tragedi Nakba 1948, Apa Itu?
Para pemimpin Arab juga menyuarakan kecemasan akan ancaman yang dikeluarkan oleh pejabat Israel untuk mengusir 2,3 juta penduduk Gaza ke Mesir.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Para Pemimpin Arab-Eropa Terbelah Soal Gaza di KTT Mesir, Ungkit Tragedi Nakba 1948, Apa Itu?
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin internasional berkumpul pada pertemuan puncak (konferensi tingkat tinggi/KTT) di Kairo pada Sabtu (21/10/2023) kemarin untuk membahas solusi terhadap Gaza.
Krisis kemanusiaan di Gaza yang terjadi muncul karena terjadinya perang yang sedang berlangsung antara kelompok perlawanan Palestina yang dipimpin Hamas dan Israel.
Pada KTT tersebut, para peminpin negara yang berkumpul gagal mencapai kesepakatan soal solusi ideal bagi Gaza.
Baca juga: Usir Warga Gaza ke Sinai, IDF: Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Militer Mesir di Perbatasan Rafah
Dilaporkan, terjadi perpecahan antara para pemimpin Arab dan Eropa mengenai bombardemen Israel di Gaza yang semakin meningkat.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi mengundang para pemimpin untuk menyetujui 'peta jalan' untuk mengakhiri “bencana kemanusiaan” di Jalur Gaza dan menghidupkan kembali perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina.
"Tujuan dari peta jalan tersebut termasuk pengiriman bantuan ke Gaza dan menyetujui gencatan senjata, diikuti dengan negosiasi yang mengarah pada solusi dua negara," katanya.
Baca juga: AS: Serangan Rudal Jelajah dan Lusinan Drone Ansarallah Yaman ke Israel Berlangsung Sembilan Jam
Kutuk Bombardemen Israel
Dalam pidato berjam-jam, para pemimpin Arab mengutuk pemboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang berfokus pada sasaran sipil, termasuk gedung-gedung perumahan bertingkat tinggi, rumah sakit, dan bahkan sebuah gereja Kristen kuno tempat warga sipil berlindung.
Israel juga telah memutus semua air, makanan, dan listrik ke Gaza, serta mengebom perbatasan Rafah dengan Mesir untuk mencegah pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Pesan yang didengar dunia Arab sangat jelas dan jelas,” kata Raja Abdullah II dari Yordania dalam pidatonya.
“Nyawa warga Palestina tidak sepenting nyawa warga Israel. Hidup kita tidak begitu penting dibandingkan kehidupan lainnya. Penerapan hukum internasional bersifat opsional, dan hak asasi manusia mempunyai batas-batasnya – hak asasi manusia hanya terbatas pada batas negara, berhenti pada ras, dan berhenti pada agama,” kata Raja Abdullah II menyindir kenyataan yang terjadi terhadap perlakuan dunia, khususnya Barat terhadap warga Palestina.
“Di tempat lain, menyerang infrastruktur sipil dan dengan sengaja membuat seluruh penduduk kelaparan karena makanan, air, dan kebutuhan dasar akan dikutuk,” kata Raja Abdullah.
“Akuntabilitas akan ditegakkan,” kata dia.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Sabtu, kalau serangan udara dan rudal Israel telah menewaskan sedikitnya 4.385 warga Palestina, termasuk lebih dari 1.600 anak-anak, di Gaza.