Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Remaja yang Diduga Dianiaya Polisi Iran karena Langgar Peraturan Hijab, Dinyatakan Mati Otak

Remaja yang diduga dianiaya polisi Iran dinyatakan mati otak. Armita Geravand mengalami koma sejak awal Oktober lalu.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in Remaja yang Diduga Dianiaya Polisi Iran karena Langgar Peraturan Hijab, Dinyatakan Mati Otak
Twitter Hengaw_English/IRNA
Remaja 16 tahun Armita Geravand diduga dipukuli hingga koma oleh polisi moral Iran karena melanggar aturan berjilbab. Kini ia dinyatakan mati otak. 

Jurnalis tersebut berniat pergi ke rumah sakit untuk menanyakan situasi Geravand, media Iran iranwire.com melaporkan.

Badan peradilan dan keamanan Iran tidak memberikan alasan resmi atas penangkapan jurnalis bernama Maryam Lotfi itu.

Namun diyakini tujuannya adalah untuk mencegah tersebarnya berita tentang cedera yang dialami Armita Geravand.

Baca juga: Menteri Israel: Iran akan Musnah jika Hizbullah Terlibat Perang Hamas-Israel




“Lembaga keamanan Iran mengatakan kondisi Armita Geravand disebabkan oleh tekanan darah rendah – sebuah skenario yang sering diulangi oleh lembaga-lembaga tersebut,” kata kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Iran, Dadban, melalui media sosial saat itu.

Dalam sebuah video yang diposting IRNA, orang tua Geravand mengatakan putri mereka mengalami tekanan darah rendah, kehilangan keseimbangan, dan kemudian kepalanya terbentur di dalam gerbong kereta.

“Saya pikir tekanan darah putri saya turun, saya tidak terlalu yakin,” kata ibunya.

Ia menambahkan, tidak ada gunanya menimbulkan kontroversi.

BERITA TERKAIT

Namun Hengaw mengatakan mereka menerima informasi yang menunjukkan bahwa orang tua Geravand sebenarnya diwawancarai di depan petugas keamanan tingkat tinggi "di bawah tekanan besar."

Hengaw meminta pihak berwenang untuk mempublikasikan rekaman dari dalam gerbang, dan mengklaim bahwa pernyataan orangtuanya dibuat di bawah tekanan.

Kasus Mahsa Amini Terulang?

Muncul kekhawatiran dari para pembela hak asasi manusia bahwa Geravand mungkin menghadapi nasib yang sama seperti Mahsa Amini.

Mahsa Amini, meninggal pada September 2022 lalu saat dalam penahanan polisi Iran karena kasus yang sama, melanggar peraturan soal jilbab.

Kematiannya memicu protes selama berbulan-bulan di seluruh negeri.

Seorang pengunjuk rasa memegang potret Mahsa Amini selama demonstrasi mendukung Amini, seorang wanita muda Iran yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral Republik Islam, di jalan Istiklal di Istanbul pada 20 September 2022. Amini (22) saat itu melakukan kunjungan bersama keluarganya ke ibukota Iran ketika dia ditahan pada 13 September oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, termasuk mengenakan jilbab di depan umum. Amini dinyatakan meninggal pada 16 September oleh televisi pemerintah setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma.
Seorang pengunjuk rasa memegang potret Mahsa Amini selama demonstrasi mendukung Amini, seorang wanita muda Iran yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh polisi moral Republik Islam, di jalan Istiklal di Istanbul pada 20 September 2022. (OZAN KOSE / AFP)

Baca juga: Iran: Perempuan, Kehidupan, Kebebasan, Setahun Mahsa Amini Tewas

Pemerintahan teokratis Iran telah memberlakukan pembatasan terhadap pakaian perempuan sejak revolusi rakyat menggulingkan Shah yang sekuler dan didukung Barat pada tahun 1979.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas