Cegah Demo Anarkis soal Israel-Palestina, Otoritas Chechnya Siap Pakai Kekerasan
Presiden Chechnya siap memakai kekerasan untuk mencegah demo soal Israel-Palestina di negaranya, tak ingin ada kerusuhan seperti di Dagestan, Rusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Republik Chechnya di Federasi Rusia, Ramzan Kadyrov, mengatakan siap menggunakan kekerasan untuk mencegah demonstrasi anarkis terkait Israel dan Palestina.
Pemimpin negara yang mayoritas muslim itu memerintahkan otoritas keamanan Chechnya untuk menggunakan tembakan peringatan.
“Jika tidak, berikan tiga tembakan peringatan ke udara, dan jika orang tersebut tidak mematuhi hukum setelahnya, berikan tembakan keempat di dahi,” kata Ramzan Kadyrov kepada Kementerian Dalam Negeri dan pasukan Garda Nasional, Selasa (31/10/2023).
Hal ini bertujuan menahan setiap orang yang berisiko memprovokasi kerusuhan di wilayah Chechnya.
“Tidak ada orang lain yang akan keluar (untuk memprotes). Ini pesan saya,” tambahnya, dikutip dari RIA Novosti.
Perintah ini menyusul kerusuhan di Republik Dagestan, bagian Federasi Rusia yang juga mayoritas muslim, ketika massa menyerbu bandara Makhachkala untuk mencari orang Israel yang mendarat dari Tel Aviv pada Minggu (29/10/2023).
Baca juga: Putin Tuduh Ukraina Dalangi Kerusuhan Warga Anti-Israel di Dagestan
Melalui saluran Telegram pribadinya, Ramzan Kadyrov memperingatkan setiap demonstrasi seperti itu akan ditindas dengan keras.
Mengulangi pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov menilai kerusuhan itu didalangi oleh Ukraina dan sekutu Barat yang menyerang Rusia dari dalam negeri.
“Kita tidak boleh ikut-ikutan dengan musuh-musuh Rusia dan merusak situasi dari dalam,” kata Ramzan Kadyrov.
“Kita harus mengatasi semua ini dan menjaga ketertiban di tanah kita sendiri,” lanjutnya.
Kerusuhan di Bandara Dagestan
Baca juga: Demonstran Pro-Palestina Serbu Bandara di Dagestan Rusia, Protes Penerbangan dari Israel
Ramzan Kadyrov menyalahkan kerusuhan pada Minggu (29/10/2023) malam di bandara Makhachkala, Dagestan kepada “musuh Rusia” di luar negeri.
Sekitar 1.200 orang dilaporkan ikut serta dalam kerusuhan di bandara Makhachkala.
Dalam kerusuhan itu, kerumunan pria melemparkan benda ke arah polisi dan menggeledah halaman bandara Makhachkala untuk mencari warga Israel.
Aparat penegak hukum Rusia telah menahan lebih dari 80 orang dengan tuduhan mengorganisir kerusuhan massal, dikutip dari WIO News.
Selama kerusuhan, lembaga penyiaran negara Chechnya mengeluarkan pernyataan yang menyebut rumor penerbangan Israel yang tiba di ibu kota Chechnya, Grozny, adalah palsu.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Israel Klaim Serang Hamas di Dalam Terowongan Gaza, Hancurkan 300 Sasaran
Sentimen anti-Israel dan pro-Palestina meningkat tinggi di Kaukasus Utara, Rusia, sejak serangan mematikan kelompok militan Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Hamas menculik kurang lebih 200 warga Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan 1.400 warga Israel.
Israel membalas serangan Hamas dengan membombardir Gaza, mengerahkan serangan udara yang disebut menargetkan Hamas, yang menewaskan ribuan warga sipil.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan, lebih dari 8.306 orang, termasuk 3.457 anak di bawah umur, meninggal dunia dalam serangan Israel sejak Sabtu (7/10/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 1,4 juta penduduk sipil Gaza yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel