Hamas Minta 229 Sandera Dibarter dengan 5.200 Warga Palestina di Penjara Israel
Hamas bersedia membebaskan 229 warga Israel yang mereka sandera dengan syarat Israel harus membebaskan 5.200 warga Palestina di penjara Israel.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hamas dan Israel nyaris mencapai kesepakatan pembebasan sandera perempuan dan anak-anak yang ditahan di Gaza oleh Hamas pasca serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
Namun kesepakatan itu buyar gara-gara Israel melancarkan operasi darat.
Sumber yang mengetahui mediasi yang dipimpin Qatar mengatakan kepada Middle East Eye menyatakan Hamas bersedia merealisasikan kesepakatan tersebut, namun memerlukan jaminan dari Israel bahwa para sandera akan aman.
Hamas mengklaim ada 50 sandera termasuk di antara ribuan orang yang tewas akibat bombardir militer Israel lewat udara ke wilayah Gaza selama tiga minggu, meskipun angka ini tidak dapat dikonfirmasi.
Pejabat Israel sejauh ini belum memberikan tanggapan apapun tentang hal ini.
Hamas mengatakan mereka juga memerlukan waktu untuk mengumpulkan semua sandera, yang tersebar di seluruh Gaza dan ditahan oleh berbagai kelompok militan dan kelompok lain yang mengikuti Hamas ke Israel selatan setelah Divisi Gaza milik tentara Israel runtuh.
“Tampaknya bagi kami Israel tidak bersedia untuk mengambil tindakan dalam kesepakatan tersebut,” kata sebuah sumber.
Tawaran Hamas saat ini adalah “semua untuk semua.”
Hamas bersedia membebaskan 229 sandera warga Israel yang mereka sandera dengan syarat Israel harus membebaskan 5.200 warga Palestina di penjara Israel.
Jika Israel tidak menerima klausul ini, tawaran alternatifnya adalah Hamas bersedia merundingkan pembebasan perempuan, anak-anak dan orang asing dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina di Israel yang tuntutan jumlahnya belum ditentukan.
Menurut Addameer, sebuah organisasi yang mendukung tahanan politik Palestina, saat ini terdapat 33 perempuan dan 170 anak-anak yang dipenjara di Israel.
Baca juga: Kendaraan Lapis Baja Israel Hancur Disergap Rudal Hamas, Belasan Tentara dari Brigade Givati Tewas
Israel belum memberikan jawaban yang jelas, menurut beberapa sumber. Namun hingga saat ini, baik peluncuran operasi darat maupun penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyatakan gencatan senjata tidak menghentikan upaya mediasi.
Pimpinan Mossad, agen rahasia Israel, David Barnea, terbang ke Doha pada akhir pekan untuk membahas kemungkinan kesepakatan pembebasan beberapa sandera.
Namun, Qatar memberikan peringatan yang jelas pada Selasa malam, setelah pemboman kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, bahwa kesabarannya tidak akan pernah habis.
Baca juga: Israel Gempur Kamp Pengungsi Gaza, Tewaskan Komandan Hamas