Hamas Minta 229 Sandera Dibarter dengan 5.200 Warga Palestina di Penjara Israel
Hamas bersedia membebaskan 229 warga Israel yang mereka sandera dengan syarat Israel harus membebaskan 5.200 warga Palestina di penjara Israel.
Penulis: Choirul Arifin
Setidaknya 100 orang tewas dalam serangan udara itu, menurut pejabat Palestina.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa perluasan serangan terhadap rumah sakit, sekolah, pusat populasi dan tempat penampungan bagi para pengungsi adalah “eskalasi berbahaya dalam konfrontasi, yang akan melemahkan upaya mediasi dan deeskalasi”.
Negosiasi ini lebih kompleks dibandingkan dengan pembebasan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditangkap Hamas pada tahun 2006 dan disandera di Gaza hingga tahun 2011, ketika ia dibebaskan dengan imbalan 1.027 tahanan.
Salah satu faktornya, kali ini, adalah kepada siapa para tahanan dan sandera tersebut dibebaskan. Banyak tahanan yang dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan Shalit telah ditangkap kembali.
Satu-satunya jaminan bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi adalah jika Israel melepaskan para tahanan tersebut ke tahanan Hamas di Gaza.
Hamas 'berencana menangkap tentara'
Hamas tidak berencana untuk menangkap sejumlah sandera yang mereka miliki, ungkap berbagai sumber.
Banyak dari sandera tidak dimaksudkan untuk dibawa kembali ke Gaza ketika operasi tersebut direncanakan oleh Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.
"Al-Qassam bermaksud menyandera antara 20 dan 30 orang. Mereka tidak melakukan tawar-menawar atas runtuhnya Divisi Gaza [Israel]. Ini memberikan hasil yang jauh lebih besar," sebut sumber Middle East Eye.
Salah satu sumber yang mengetahui kejadian pada tanggal 7 Oktober mengatakan: “Al-Qassam bermaksud menyandera antara 20 dan 30 orang. Mereka tidak melakukan tawar-menawar atas runtuhnya Divisi Gaza [Israel]. Hal ini memberikan hasil yang jauh lebih besar.”
Sumber kedua membenarkan hal ini. Dia mengatakan Hamas mengirim 1.500 pejuang, dan diperkirakan sebagian besar akan terbunuh.
“Sekitar 1.400 pejuang kembali,” kata salah satu sumber.
Dia mengatakan bahwa sebagaimana yang diperkirakan para pejuang akan mati, dan ketika semua perlawanan dari pasukan Israel telah runtuh, pasukan ini terus bergerak maju, menyerang lokasi-lokasi yang tidak ada dalam daftar target awal, dan mereka berakhir dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar.
Pasukan penyerang awal memiliki intelijen yang akurat. Mereka tahu di mana para komandan tertinggi Divisi Gaza tinggal dan pergi ke alamat mereka. Ia mengetahui tata letak pangkalan militer dan lokasi pos pemeriksaan.
Selain itu, pihaknya mengetahui waktu pergantian shift di barak pasukan Israel Divisi Gaza pada akhir hari raya Yom Kippur.