Warga Gaza Terkurung Perang: Israel Hancurkan Jalan, Nekat Lewat Pesisir Jadi Sasaran Tembak Tank
Israel membabi buta menghajar Kota Gaza dari segala penjuru dan menghancurkan infrastruktur sipil termasuk akses jalan rayanya.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Warga Gaza yang tinggal di wilayah Utara kini benar-benar dalam kondisi terkurung perang Hamas dan Israel.
Israel membabi buta menghajar Kota Gaza dari segala penjuru dan menghancurkan infrastruktur sipil termasuk akses jalan raya yang menghubungkan Gaza bagian utara, tengah dan selatan saat melakukan aksi militer balasan pasca serbuan pejuang Hamas ke wilayah Palestina yang dikuasai Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Satu-satunya akses yang masih ada adalah di pesisir barat dekat pantai yakni Jalan al-Rasheed.
Namun, jika warga Gaza yang hendak mengungsi ke tempat aman menggunakan akses jalan ini, mereka harus bertaruh dengan nyawa, bisa ditembak oleh tank-tank tentara Israel maupun kapal perang Israel yang bersiaga di laut Mediterania.
“Satu-satunya jalan yang tersisa bagi kami untuk pulang sekarang adalah Jalan al-Rasheed, di jalan pesisir, tapi siapa pun yang berkendara ke sana akan menjadi sasaran kapal perang dan tank Israel,” kata Salma Radhi, bukan nama sebenarnya, wanita warga Gaza Utara yang mengungsi ke Gaza tengah bersama suami dan anak yang baru dilahirkannya enam hari lalu, Omar.
Hari Jumat, pasukan Israel menargetkan sekelompok warga Gaza yang mengungsi menggunakan kendaraan di Jalan Al-Rasheed dalam perjalanan mereka ke Jalur Gaza selatan.
Militer Israel sebelumnya meminta wara Gaza di utara mengungsi ke selatan karena akan dilancarkan operasi militer.
Nyatanya, tentara Israel menembaki rombongan pengungi yang sedang dalam perjalanan tersebut dan mengakibatkan sedikitnya delapan orang, termasuk anak-anak, tewas.
Baca juga: Kesaksian MER-C di Rumah Sakit Indonesia Gaza: Rawat 3.000 Korban Luka, Jadi Posko 2.000 Pengungsi
Beberapa jam kemudian, sekelompok ambulans yang mengangkut sejumlah orang terluka ke perbatasan Rafah di selatan juga menjadi sasaran di jalan yang sama, meskipun Kementerian Kesehatan Palestina telah berkoordinasi dengan Palang Merah sebelum memindahkan mereka.
Seorang pengemudi ambulans terluka dan ambulans tersebut kembali ke rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Setidaknya 9.448 orang telah terbunuh, termasuk 3.900 anak-anak dan 2.500 wanita oleh tentara Israel, sejak negara Zionis itu mulai masif melakukan pengeboman paling agresif di Gaza pada 7 Oktober, usai pejuang Hamas melancarkan serangan ke kota-kota di sisi selatan Israel.
Salma Radi yang baru melahirkan Omar, anak pertamanya enam hari lalu, mengaku masih mengalami pendarahan.
Karena lingkungan tempat tinggalnya bersama suami di Gaza Utara makin tidak aman oleh gempuran serangan udara Israel yang tiada henti, Salma bersama suami memutuskan mengungsi bersama Omar, bayinya, ke Gaza Tengah.
Baca juga: MER-C Bantah Tuduhan Israel RS Indonesia di Gaza Sengaja Dibangun di Atas Terowongan Hamas
Dia dan suaminya kini tinggal di sebuah apartemen kecil bersama 43 orang warga Gaza lainnya yang sewaktu-waktu juga bisa menjadi sasaran serangan udara Israel.