WHO: Penyakit Menular Ancam Ribuan Balita di Gaza, Nyawa Warga Palestina Jadi Taruhan
Di tengah memanasnya perang, masyarakat Palestina yang berada di jalur Gaza kini terancam terjangkit risiko
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Di tengah memanasnya perang, masyarakat Palestina yang berada di jalur Gaza kini terancam terjangkit risiko penyebaran sejumlah penyakit, dampak serangan udara yang dilakukan para zionis.
Menurut catatan organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak Oktober kemarin lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan di Gaza. Adapun sebagian besar kasus itu terjadi pada anak – anak dan balita, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Melonjaknya kasus diare di Palestina mulai terjadi setelah Perdana Menteri Israe Benjamin Netanyahu memblokade akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza, kondisi ini yang kemudian membuat tempat-tempat penampungan terancam jadi pusat penularan wabah.
Baca juga: Palestina Desak IAEA Ambil Tindakan soal Ancaman Bom Nuklir di Gaza, Serukan Dunia Kecam Israel
Lantaran stok air bersih semakin menipis, sementara blokade listrik memicu pemadaman total yang berdampak pada berhentinya operasional 80 sumur dan pabrik desalinasi atau pengolahan limbah air.
“Beberapa tren yang mengkhawatirkan sudah mulai muncul, di tengah pengungsi yang membludak kini sistem air dan sanitasi terganggu, hal ini yang dikhawatirkan dapat menimbulkan bahaya tambahan, yaitu penyebaran penyakit menular yang cepat,” jelas Netanyahu.
Untuk mencegah munculnya penyakit menular di wilayah pengungsian, pemerintah kota Gaza telah mencoba mencari solusi jangka pendek salah satunya dengan untuk menyediakan air bagi warga sipil.
Blokade air listrik hingga bahan bakar yang dilakukan PM Netanyahu tak hanya memicu munculnya penyakit, namun juga mengancam nasib sejumlah bayi yang lahir dalam kondisi prematur, ini karena inkubator tempat mereka bertahan hidup terancam mati jika bahan bakar yang dibutuhkan rumah sakit tak kunjung tersedia.
Tercatat selama Israel melancarkan serangan, setidaknya 18 dari 30 rumah sakit serta delapan fasilitas yang dikelola negara terpaksa ditutup akibat serangan brutal Israel.
Meski bantuan kemanusian mulai diperbolehkan melintas ke pintu Rafah, namun Israel tidak mengizinkan bantuan bahan bakar masuk ke wilayah ini karena khawatir bantuan bahan bakar akan dialihkan ke tangan kelompok pejuang Hamas.
Baca juga: Hizbullah peringatkan perang meluas di Timur Tengah jika Israel terus menyerang Gaza
Update Jumlah Korban Hari ke-34
Menurut keterangan Badan Kemanusiaan PBB (OCHA), sebanyak 15.000 orang pekan ini mengungsi dari wilayah Gaza utara ke selatan dengan berjalan kaki.
Sementara Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel mencapai 10.569, termasuk 4,324 anak-anak. Jumlah tersebut melonjak tajam usai Israel mulai gencar meningkatkan serangan.
Meski serangan yang dilakukan Israel mendapat banyak kecaman dari sejumlah negara dan para pemimpin badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), namun PM Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak usulan gencatan senjata sementara dengan kelompok milisi Palestina, Hamas.
"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah kepada terorisme hal ini tidak akan terjadi. Israel akan berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan,” ujar Netanyahu.