Profil Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang Kena Bom Israel di Dekat Area Medis
Berikut ini profil Rumah Sakit Indonesia yang terkena bom Israel di dekat area medis dan alami kerusakan. Ada 20 orang tewas dan puluhan terluka.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini profil Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza yang terkena pemboman Israel melalui pesawat tempur di dekat area medis pada Kamis (9/11/2023).
Pemboman itu menewaskan 20 warga Palestina dan puluhan terluka.
Beberapa fasilitas Rumah Sakit Indonesia mengalami kerusakan serius, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.
“Saat ini, kami telah kehilangan layanan dasar, dan rumah sakit tidak dapat menjalankan fungsinya,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza kepada Al Jazeera, Kamis (9/11/2023).
Rumah Sakit Indonesia menjadi satu dari sejumlah rumah sakit di Gaza yang masih beroperasi di tengah pemboman Israel.
Dibangun di atas tanah wakaf dari pemerintah Palestina di Gaza, Rumah Sakit Indonesia memiliki luas 16.261 m2.
Baca juga: BREAKING NEWS Israel Bombardir Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Awalnya, Rumah Sakit Indonesia digagas oleh para relawan yang tergabung dalam organisasi sosial Medical Emergency Rescue Committee (MER-c) yang turun ke Jalur Gaza di tengah gempuran Israel pada Kamis (1/1/2009).
Tim MER-c kemudian melihat kebutuhan fasilitas medis di Jalur Gaza, kemudian berencana membangun rumah sakit, dikutip dari laman MER-c.
Rencana ini disambut baik oleh Menteri Kesehatan Palestina di Gaza pada saat itu, dr. Bassim Naim.
Atas nama rakyat Indonesia yang diwakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT dan atas nama rakyat Gaza yang diwakili oleh dr. Bassim Naim melakukan penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza.
Dengan donasi dari masyarakat Indonesia dan belum ada dana bantuan dari pemerintah, Rumah Sakit Indonesia kemudian dibangun di Gaza.
Israel Sempat Halangi Pembangunan Rumah Sakit Indonesia
Baca juga: MER-C: Israel Bikin Kebohongan Publik Seolah Rumah Sakit Indonesia Punya Bunker BBM untuk Hamas
Selama proses pembangunan Rumah Sakit Indonesia, Israel mempersulit akses masuk bagi aktivis berbagai negara ke Jalur Gaza, termasuk dari Indonesia.
Setelah mendapat surat tanah wakaf untuk RSI dari PM Palestina Ismail Haniya pada 3 Mei 2009, tim MER-c menindaklanjuti pembangunan Rumah Sakit Indonesia.
Satu tahun menunggu izin masuk Gaza oleh Israel, tim MER-c bersama aktivis dari berbagai negara, menaiki kapal Misi Freedom Flotilla (Armada Pembebasan Gaza) milik organisasi IHH Turki, "Mavi Marmara".
Pada 31 Mei 2010, kapal tersebut diserang oleh Israel, yang menewaskan 9 aktivis meninggal dunia dan puluhan terluka.
Aktivis lain, termasuk tim MER-c ditangkap dan ditahan oleh Israel.
Baca juga: Respons Kemlu RI Terkait Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dituding Israel Jadi Markas Kelompok Hamas
Rencana pembangunan Rumah Sakit Indonesia hampir gagal, sebelum akhirnya pada Juli 2010, tim MER-c mendapat dukungan dari masyarakat internasional yang mengecam insiden penyerangan Israel di kapal tersebut.
Pada Juli 2010, tim MER-c yang terdiri dari dokter dan insinyur menjelaskan desain Rumah Sakit Indonesia kepada Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah dan Menkes Palestina di Gaza, dr. Bassim Naim.
Sulitnya akses masuk ke Gaza, mendorong aktivis Asia yang tergabung dalam "Asian People's Solidarity for Palestine" melakukan konvoi "Asian Solidary Caravan for Gaza" pada 2 Desember 2010 hingga 6 Januari 2011 yang diikuti 160 aktivis dari 13 negara di Asia.
Mereka mencapai Gaza pada 2 Januari 2011 setelah terkendala izin Israel untuk masuk ke sana.
Setelah itu, lima relawan Indonesia menetap di Gaza untuk membantu pembangunan Rumah Sakit Indonesia.
Dengan bertambahnya 5 relawan, jumlah keseluruhan relawan Indonesia yang bertugas di Gaza untuk mengawal program Pembangunan RSI menjadi 7 orang.
Mereka adalah Abdillah Onim, Ir. Nur Ikhwan Abadi, Ir. Edy Wahyudi, Ir. Ahmad Fauzi, Abdurrahman, Darusman dan Muhammad Husein.
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia berlangsung pada tahun 2011-2014.
Sejak kedatangan Tim relawan MER-C akhir Oktober lalu, para relawan harus mulai terbiasa dengan suara bom dan rudal Israel.
Baca juga: Kesaksian MER-C di Rumah Sakit Indonesia Gaza: Rawat 3.000 Korban Luka, Jadi Posko 2.000 Pengungsi
Sebagai wilayah okupasi, serangan bom dan rudal adalah hal biasa, walaupun tidak bersifat masif.
Begitupun dengan drone dan pesawat jet F-16 Israel yang selalu berputar-putar di langit Gaza.
Pada tahun 2014, sebanyak 19 relawan Indonesia kembali ke tanah air setelah bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kini, Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi salah satu rumah sakit besar yang ada di Jalur Gaza untuk membantu masyarakat Palestina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel