Israel akan Bawa Inkubator setelah Kepung Rumah Sakit di Gaza, Puluhan Bayi Terancam Meninggal
Di tengah pertempuran, Israel mengatakan akan berupaya membawa inkubator ke Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel mengatakan pihaknya berupaya membawa inkubator ke Gaza.
Pernyataan Israel ini di tengah klaim bahwa puluhan bayi bisa meninggal di Rumah Sakit Al-Shifa karena tidak ada listrik.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, 32 pasien termasuk tiga bayi, meninggal sejak generator darurat rumah sakit kehabisan bahan bakar pada Sabtu (11/11/2023).
Pada Selasa (14/11/2023), Pasukan Pertahanan Israel mengunggah di media sosial dengan gambar yang menunjukkan seorang tentara menurunkan inkubator dari sebuah van.
Dilansir Sky News, pihak militer tidak menjelaskan secara jelas apakah inkubator tersebut telah dikirimkan atau bagaimana alat tersebut akan ditenagai.
Sementara itu, Rumah Sakit Al-Shifa tetap dikepung oleh pasukan Israel.
Baca juga: Selain Gaza, Israel Gelar Agresi Besar di Tulkarem Tepi Barat, Bawa Buldoser dan Drone
Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah sakit dalam beberapa hari terakhir, termasuk sejumlah besar pengungsi yang berlindung di sana.
Diperkirakan sekitar 650 pasien dan 500 staf masih berada di rumah sakit tersebut, bersama sekitar 2.500 warga Palestina yang mengungsi.
Pertempuran Berkecamuk di Sekitar RS Gaza
Pertempuran antara Israel dan Hamas di sekitar rumah sakit memaksa ribuan warga Palestina mengungsi dari beberapa tempat yang dianggap aman di Gaza utara.
Pertempuran itu membuat pasien, bayi baru lahir, dan perawat rumah sakit yang terluka parah, terlantar karena persediaan yang menipis dan tidak ada listrik.
Ketika pasukan Israel bertempur di pusat Kota Gaza, kota utama di wilayah tersebut, kedua belah pihak menganggap kondisi rumah sakit yang menyedihkan sebagai simbol perang yang lebih besar, yang kini memasuki minggu keenam.
Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai perlindungan bagi para pejuangnya.
Israel menuduh Hamas telah mendirikan pusat komando utamanya di dalam dan di bawah rumah sakit terbesar di Gaza yakni RS Al-Shifa, tanpa memberikan bukti visual.
Baca juga: RS Al-Shifa di Gaza Terpaksa Kuburkan Secara Massal 179 Orang
Sementara, Hamas dan Rumah Sakit Al-Shifa telah membantah tuduhan Israel.
“Hamas menggunakan rumah sakit sebagai instrumen perang,” ujar Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara utama angkatan darat, dilansir AP News.
Rumah Sakit Gaza di Bawah Pengepungan Israel
Diberitakan Al Jazeera, bayi baru lahir yang dibungkus selimut dan dibariskan di tempat tidur setelah dikeluarkan dari inkubator menjadi gambaran jelas yang menunjukkan pengepungan Israel terhadap rumah sakit di Jalur Gaza.
Setidaknya 32 pasien, termasuk enam bayi prematur, meninggal di Rumah Sakit al-Shifa dalam tiga hari terakhir.
Baca juga: Menlu Retno: OKI Solid dan Keras Minta Israel Segera Akhiri Kekejaman di Gaza
Lebih dari 100 jenazah membusuk di dalam rumah sakit, menunggu untuk dikuburkan.
“Sayangnya, rumah sakit tersebut sudah tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi."
"Dunia tidak bisa berdiam diri ketika rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan,” ungkap Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai informasi, Israel memberlakukan pengepungan total terhadap wilayah tersebut yang merupakan rumah bagi 2,3 juta orang.
Israel melarang bahan bakar, makanan, listrik, dan air setelah melancarkan serangan militernya pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: Israel Kibarkan Bendera dan Blokade Pakai Tank, Hamas: Itu Halusinasi IDF Taklukkan Gaza
Semua rumah sakit di Gaza utara sekarang tidak berfungsi, karena serangan udara Israel yang tiada henti.
Puluhan orang tewas dan terluka ketika Israel menargetkan Khan Younis dengan serangkaian serangan, meskipun telah memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk melarikan diri ke zona aman di selatan.
Serangan Israel terhadap rumah sakit di Gaza harus diselidiki sebagai kejahatan perang, kata Human Rights Watch.
Lebih dari 11.200 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah korban tewas akibat serangan Hamas mencapai lebih dari 1.200 orang.
(Tribunnews.com/Nuryanti)